DENPASAR, BeritaDewata – Dampak transaksi elektronik kaum milenial terhadap Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) sungguh terasa di Bali. Kepala Cabang JNE Bali I Nyoman Alit Septiniwati mengisahkan, gaya hidup era digital dari kaum milenial saat ini sangat terasa.
“Kemudahan transaksi ditambah dengan gaya hidup modern membuat pergerakan logistik meningkat pesat. Anak-anak sekarang tidak lagi ke mall, tidak lagi ke pusat perbelanjaan. Mereka tinggal klik, bayar online, barang datang. Mereka tidak mau ketinggalan. Gaya hidup terus berubah. Ada produk baru sedikit, klik, bayar, barang datang. Itulah sebabnya, terjadi pertumbuhan volume barang melalui JNE Bali yang sangat besar,” ujarnya di Denpasar, Jumat (13/9).
Saat ini, JNE Bali rata-rata perhari harus melayani lebih 12 ribu item barang. Jumlah ini naik lebih dari 30 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika tahun 2018 rata-rata perhari mencapai lebih dari 7 ribu item barang perhari, maka tahun 2019 naik hingga 12 item barang perhari. Jumlah ini terus meningkat.
Dari jumlah tersebut, terbanyak adalah produk fashion sebanyak 40 persen dengan berbagai mode dan gaya terbaru. “Akhirnya kita tahu. Ternyata begitu ada mode terbaru, produk terbaru, maka barang akan membanjiri JNE. Anak-anak milenial sangat cepat melihat produk fashion terbaru,” ujarnya.
Selain itu, data juga menunjukan, jika customer yang paling dominan adalah usia 30 sampai 50 tahun. Umumnya usia ini paling banyak mengenal produk terbaru. Kemudian dari subyek pengirim, ada 55 persen adalah perorangan. Sisanya adalah lembaga, kantor atau korporasi.
Selain produk pakaian dengan model terbaru, juga produk kosmetik dan produk spa Bali terutama yang herbal-herbal. Jadi produk kosmetik untuk barang masuk ke Bali dan produk spa herbal untuk item barang yang keluar dari Bali.
“Kita tahu bahwa spa Bali itu sudah mendunia. Produknya juga mendunia. Produk spa Bali banyak dikirim ke berbagai negara dan ke berbagai daerah di Bali. Sangat laris,” ujarnya. Jumlah ini bisa melebihi prediksi sebelumnya.
Setelah fashion, kosmetik, spa, kemudian di urutan berikutnya adalah produk souvenir dan makanan. Menariknya, banyak produk souvenir itu malahan berasal dari China masuk Bali. Souvenir China termasuk yang terbanyak selain barang-barang elektronik lainnya.
“Ini sangat ironis. Bali itu banyak souvenirnya. Namun Cina juga mengirim banyak souvenir ke Indonesia melalui Bali, selain barang elektronik. Kenapa kita harus mengguakan souvenir China. Banyak juga souvenir kita yang bagus-bagus,” ujarnya.
Menurutnya, akibat mudahnya transaksi di era digital, gudang JNE Bali yang ada di Jl Kutat Lestari Bali hanya dalam waktu dua tahun sudah tidak bisa menampung jumlah barang masuk dan keluar. Pihaknya harus menyewa gudang yang lebih besar lagi.
Padahal kontrak gudang di Jl Kutat Lestari yang sebenarnya masih sampai tahun 2020 ternyata harus ditinggalkan dan harus menyewa gudang lain yang lebih besar walau masih sekitar Sanur atau Jl By Pass Ngurah Rai untuk mempermudah mobilitas barang dan jasa.
“Sebagai salah satu perusahaan ekspedisi, JNE berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Karena kalau tidak, kita akan disaingi oleh kompetitor,” ujarnya.
Menurutnya, pertumbuhan yang pesat tersebut bukan hanya terjadi di Bali. Hampir di seluruh Indonesia rata-rata bertumbuh di atas 30 persen. Jumlah transaksi pengiriman pelanggan JNE mengalami peningkatan sebesar 30% – 40% setiap tahunnya.
Jumlah pengiriman e-commerce mendominasi pengiriman JNE saat ini. Pembelian online di Indonesia seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, Bukapalak, Elevania, Zalora, dan sejenisnya membuat.
JNE terus berinovasi dalam bentuk layanan untuk memenuhi kebutuhan customer dalam distribusi barang dan memungkinkan masyarakat melakukan jual-beli secara online dengan nyaman sehingga pelaku e-commerce dapat terus tumbuh dari segi jumlah maupun daya saing dan mendukung perekonomian Indonesia.