Penyebrangan Gilimanuk di Bawah Kepemimpinan Made Astika

I Made Astika S.H. , kepala Kantor Pelabuhan Gilimanuk

BeritaDewata.com, Jembrana – Pelabuhan Gilimanuk merupakan Pelabuhan Kapal Feri yang ada di Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali yang menghubungkan antara Pulau Bali dengan Pulau Jawa via perhubungan laut (Selat Bali).  Pelabuhan ini dipilih oleh para wisatawan/masyarakat  yang ingin menuju ke Pulau Jawa dengan menggunakan jalur laut.

Setiap harinya, ratusan perjalanan kapal melayani arus penumpang dan kendaraan berbagai jenis dari Bali ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Gilimanuk. Pelabuhan ini beroprasi 24 jam, kecuali hari Raya Nyepi, dilakukan penutupan sementara. Rata-rata durasi perjalanan yang diperlukan antara  Gilimanuk – Ketapang atau sebaliknya dengan Kapal Feri adalah sekitar 1 jam lamanya.

Kepala Unit Pelabuhan Penyebrangan (KUPP) Gilimanuk I Made Astika, asal Desa Anturan Kabupaten/Buleleng yang baru menjabat beberapa hari menyebutkan, dalam mengemban tugas sebagai abdi negara akan selalu menjaga dan menerapkan kedisiplinan terutama kepada anggota didalam menjalankan tugas. Karena dalam mengemban tugas ini dirinya tidak akan main-main sebagai pucuk pimpinan.

“Kami yang diberikan tugas oleh negara, selalu  menerapkan kedisiplinan terhadap bawahan karena sekarang ini marak sekali adanya pungli (Pungutan Liar). Kami tidak ingin anak buah kami nantinya ikut terlibat dalam hal itu.

Namun  jika nantinya itu ada salah satu anggota dari petugas di Gilimanuk yang melanggar jelas kami akan bertindak tegas, karena Pelabuhan itu sangat rentan adanya pungli. Maka dari anggota dululah yang harus kami disejahterakan untuk mengantisifasi hal-hal yang tidak kami inginkan, ” ujar Made Astika (19/5/2017).

Pada Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah yang jatuh pada 26 juni 2017, Kepala KUPP Gilimanuk menyebutkan dalam mengatasi membludaknya pengguna jasa transportasi laut pasca lebaran  pihaknya akan menyiapkan 50 kapal dan jarak tepuh yang biasanyamenggunakan  limit waktu  1 jam akan dipercepat menjadi 50 menit.

“Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang pasca lebaran nanti  kami dari Syah Bandar Gilimanuk sudah siapkan Armada kapal sebanyak 50 unit, kapal-kapal yang akan digunakan dan sudah kita dilakukan uji petik serta mendata dari segi  kelayakanya, dokumen dan pengawakan.

Jika ada nanti kapal yang belum memenuhi syarat kita akan suruh mereka mengurus kembali dan memperbaiki kondisinya kapalnya. Kami sangat terapkan kedisiplinan dan mengutamakan pelayanan keselamatan bagi para pengguna jasa” Imbuhnya

I Made Astika S.H, yang sebelumnya menjabat di Pelabuhan Laut  Sangsit dengan jabatan Bendahara Material, dalam tugas itu   mempunyai banyak sejarah dan pengalaman  mengemban tugas negara. Warga kelahiran Desa Anturan  23 November 1969 meceritakan hirup pikuknya menjadi seorang abdi negara.

Pertama kali masuk ke Perhubungan  tahun 1993 dirinya ditugaskan di Pelabuhan Benoa sebagai staf KPLP, kemudian jarak beberapa lama bertugas di Benoa pada tahun 1994 dipindahkan ke Jembatan Timbang Desa Banjar Asem kecamatan Seririt hingga tahun 1999.

Pasca kerusuhan hingga kantor tersebut dibakar masa tak dikenal kembali dipindah ke Jembatan Timbang Batubulan Kabupaten Gianyar.

Setelah di Batubulan beberapa tahun kemudian dipindah kembali ke Jembatan Timbang Banjar Asem, melihat kantor itu sepi tanpa aktifitas dipindah ke Jembatan Timbang Desa Cekik Buleleng Barat.

Setiap hari pria ini dengan modal nekat dan keberani, melewati kawasan hutan yang ada di Buleleng Barat sambil  menaiki sepeda motor kebarat ketimur dari Desa Anturan-Desa Cekik dengan jarak tempuh mencapai 80 km.

Kantor Jembatan Timbang desa Banjar Asem yang dulunya ia pernah ditempati begitu sepi dan banyak warga menggunakan areal tersebut sebagai tempat gembala sapi.

Melihat adanya hal itu , pihaknya segera melaporkan ke Dinas Perhubungan Provensi Bali, hingga kantor tersebut di perbaiki pihak Provensi dan aktifitas terhadap jasa transportasi kembali berjalan  lancar.
“Dulu warga yang tinggal di areal tersebut sempet menggunakannya sebagai lahan gembala  sapi. Kami pernah melihatnya, atas keprihatinan itu kemudian saya laporkan kepimpinan dan saya mengajukan pindah kembali ke Buleleng dan ditugaskan kembali ke Jembatan Timbang Kelurahan Seririt. Situasi kembali normal dan aktifitas di Jembatan berjalan sebagai mana mestinya,” beber Made Astika.

Astika kembali meninggalkan Jembatan Timbang Desa Cekik Kecamatan Gerokgak, dengan mengajukan permohonan untuk pindah ke Jembatan Timbang Banjar Asem dan kembali bertugas sebagai penjaga Jembatan Timbang di Banjar Asem.

Pada Tahun 2002 di pindah ke Pelahuhan Rakyat  desa Sangsit kecamatan Sawan dengan jabatan Bendahara Material Pelabuhan Buleleng selama dua perioda april  2017.

Saat mengikuti  seleksi uji  PKP ( Pengawas Keselamatan Pelayaran) dirinya lolos dan menjadi Kepala PKP dipelabuhan Buleleng. Pada maret  2017 dirinya  mengundurkan diri  menjadi kepala PKP Buleleng karena mengikuti Tes Assesmet di Kementrian Perhubungan Jakarta  Pusat yang diikuti oleh 209 peserta se Indonesia Dari Provensi Bali yang diikuti serta meliputi empat orang yakni I Made Swanda dan I Made Oka asal Nusa Penida, Ketut Muliana asal Padang Bai dan I Made Astika S.H asal Desa Anturan Kabupaten Buleleng. Pria dua anak, satu istri ini tidak menyangka kalau dirinya akan lolos dan memiliki nilai tertinggi kedua se Indonesia setelah Capten. Binsar Holomoan Tambun, M.M asal kepulauan Merauke.

“Kami tidak menyangka bisa seperti ini, padahal temen-temen kami dipusat sangatlah lebih pintar-pintar  dan mempunyai banyak pengalaman dari kami, dengan kepercayaan yang diberikan  ini kami berterimakasih kepada atasan  juga keluarga dan dukungan dari masyarakat semua. Ini merupakan tugas yang harus kami emban dengan baik,” Imbuh I Made Astika (19/5/2017).

Diketahui, pada masa mudanya pria ini hidup dibawah asuhan orang tua perempuan dan paman-pamanya, pada usia 2 tahun  ibu yang melahirkan memilih mencari suami baru. Sejak kecil Astika diasuh paman dari ibu, seluruh biaya sekolah pada waktu itu  ditanggung paman dari ibu kandung  hingga masuk menjadi pegawai Perhubungan pada tahun 1993.

Selama menjadi pegawai Perhubungan dan ditugaskan di Kabupaten Buleleng pria ini dalam kesehariannya selalu membantu istri  dirumah yang berjualan rujak didesa Anturan saat pulang dari bertugas sebagai pegawai Perhubungan.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here