Pengrajin Sampah Plastik Sempat Dikatain “Gila”

Ketut Sudiasa, buat rumah dari sampah Pelastik

Buleleng – Sosok Ketut Budiasa (30) warga asal Dusun Banyualit, Desa Kalibukbuk, Kabupaten Buleleng, dikenal rajin mengumpulkan sampah plastik diwilayahnya, keliling Desa Kalibukbuk bahkan sampai di pesisir pantai kawasan wisata Lovina.

“Selama bertahun-tahun saya memungut sampah, selain Desa Kalibukbuk dan kawasan pesisir pantai Lovia, malahan sampai diluar desa, kalau menemukan sampah plastik pasti saya pungut,” katanya Budiasa, ditemui di Buleleng, Minggu, 10 September 2017.

Menurutnya, menangani sampah bukanlah hanya sekedar Lip Service untuk pencitraan demi kepentingan politik saja namun, diperlukan niat tulus dengan melakukan aksi nyata. Tetapi bagi Budiasa, memungut sampah plastik ini bukanlah merupakan mata pencahariannya, Ia mengakui hasil dari memungut sampah ini, tidaklah seberapa.

Apa yang dilakukan dirinya, murni hanya lantaran peduli terhadap lingkungan agar terbebas dari sampah plastik. ”Setahu saya, 1 Kg sampah plastik kalau dijual hanya Rp 1.350. padahal, kalau ada saya pribadi berani membeli lebih kalau timbangan itu normal ,” ujar Budiasa. Dirinya mengaku, hanya ingin lingkungannya terbebas dari sampah plastik dan berharap hal ini bisa diikuti oleh yang lain.

Budiasa mengaku aktivitasnya sudah diketahui oleh aparat Desa termasuk dari kalangan anggota Dewan di Buleleng, Ia juga sempat dikatakan sebagai orang “Gila” keseharian Budiasa sebagai pegawai kontrak disalah satu instansi Pemerintah Kabupaten Buleleng . “Saya tidak ambil pusing dengan tudingan dianggap gila. Memang kalau dihitung secara ekonomi memungut sampah plastik tidak akan mampu untuk memenuhi keperluan keluarga, karena harganya sangat murah,” jelas Budiasa.

Ketut Sudiasa, rajin mengumpulkan sampah pelastik

Walaupun selama memungut sampah plastik sangat diperhatikan oleh dinas lingkungan hidup, namun ia menyebutkan dalam pengangkutan sangat kewalahan armada angkut, bahkan dinas Lingkungan Hidup akan menjanjikan dibulan ini bantuan armada baik itu berupa subsidi maupun sarana pengangkut sampah plastik. ”Saya selama ini boleh dikatakan sebagai relawan, kalau relawan digaji, itu kan sama juga bukan seorang relawan” imbuhnya.

Kreativitas apa yang bisa ditunjukan dengan menggunakan sampah plastik? Dijelaskan Budiasa, kalau ada event, misalnya festival lovina maupun pameran, maka Ia ikut andil memamerkan hasil karyanya yang terbuat dari bahan baku sampah pelastik dengan membuat rumah yang semuanya terbuat dari sampah plastik bekas. ”Rumah yang dibangun dengan berbahan sampah plastik, kan bisa dijadikan daya tarik wisata. Karena disamping unik, juga memiliki nilai tersendiri bagi yang melihatnya,” imbuhnya.

Terkait dengan Bank Sampah, kata Budiasa hal itu sangat diperlukan sekali. Hal ini agar terus disosialisasikan kemasyarakat. Kalau bisa, masyarakat menjadi ketergantungan dengan adanya Bank Sampah, untuk menangani sampah yang selama ini ada disekitar masyarakat itu sendiri. Menurutnya, masyarakat selama ini ada yang bisa memisahkan antara sampah organik dan non organik, namun ada juga masyarakat yang tidak peduli dan membuangnya secara sembarangan.

Hal ini terus dilakukan pembinaan sehingga kedepannya nantinya betul-betul terbebas dari sampah, terutama sampah plastik. ”Saya optimis kedepannya, kalau semua masyarakat peduli, lingkungan kita akan terbebas dari sampah, karena masyarakat semakin sadar terhadap sampah dan ikut andil menangani persoalan sampah,” tandasnya.

Diketahui, botol-botol bekas yang disulap menjadi rumah plastik, kini mulai banyak dikunjungi masyarakat Lovina, bahkan hasil karya Budiasa, akan di tampilkan pada event Lovina Festival pada Kamis, 14 September 2017 mendatang. Kedepannya, Budiasa berkeinginan untuk bisa turun kesekolah-sekolah mengajak para siswa untuk ikut peduli dengan sampah. “Untuk yang satu ini, saya siap beli sampah pelastik yang mereka kumpulin,” ujarnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here