Pengetahuan Masyarakat Tentang Bahaya Rokok masih sangat Rendah


Denpasar – Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR (KABAR) Amaliyah mengatakan, masyarakat Indonesia dan juga Bali perlu terus diedukasi soal bahaya merokok. Dalam rokok ada racun nikotin TAR. Namun dalam kenyataannya, dampak TAR justeru lebih terasa bagi para perokok aktif.

Dalam beberapa bulan terakhir, Pemerintah Provinsi Bali gencar melakukan berbagai upaya sosialisasi peraturan untuk mengurangi permasalahan rokok, seperti peraturan Kawasan Tanpa Rokok yang telah diberlakukan sejak tahun 2011. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Provinsi Bali, perokok dewasa di Bali mencapai 18 persen. Melihat angka tersebut, Pulau Dewata membutuhkan solusi komprehensif untuk menurunkan jumlah perokok.

Dosen di Universitas Padjajaran ini mengatakan, untuk dapat mengatasi permasalah rokok di Bali, masyarakat perlu terlebih dahulu mendapatkan edukasi dasar mengenai zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Apabila pemahaman dasarnya telah terbangun, masyarakat diharapkan akan termotivasi untuk berpartisipasi lebih aktif dalam gerakan menurunkan jumlah perokok di Bali.

“Perokok perlu mendapatkan akses terhadap fakta ilmiah dari hasil penelitian yang kredibel, sehingga mereka tidak hanya mengetahui bahaya TAR, zat berbahaya yang dihasilkan dari proses pembakaran rokok, namun juga tahu langkah alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kesehatan. Misalnya, melalui konsep harm reduction yang ada pada produk tembakau alternatif,” jelasnya.

Akses pada fakta ilmiah yang berasal dari penelitian para ilmuwan masih sangat minim. Ini juga menjadi salah satu pemicu kesulitan kesadaran masyarakat untuk mengurangi perilaku merokok dan berbagai dampak yang ditimbulkannya.

Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) ini menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan bahwa, rokok alternatif atau rokok elektrik atau vape bisa menjadi solusia aternatif bagi para perokok aktif atau ketergantungan pada rokok. Rokok elektrik tidak mengeluarkan asap hasil pembakaran, tetapi uap. TAR dan nikotin itu dihasilkan oleh pembakaran tembakau.

“Kita tetap mengatakan bahwa merokok jenis apa pun tetap merugikan kesehatan. Namun ada alternatif yang tidak banyak risiko atau dengan risiko yang sangat kecil,” ujarnya.

Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape memiliki risiko kesehatan dua kali lebih rendah daripada rokok. Produk tembakau alternatif juga menjadi salah satu solusi bagi perokok aktif yang tidak bisa berhenti secara langsung. Perokok dapat berhenti secara bertahap dengan cara beralih ke produk tembakau yang memiliki risiko kesehatan lebih rendah.

“Namun, tetap cara yang paling baik untuk tidak terpapar penyakit terkait rokok adalah dengan cara berhenti merokok sepenuhnya,” ujarnya.

Kurangnya akses masyarakat terhadap fakta ilmiah juga disinggung oleh Peneliti sekaligus Dosen FISIP Universitas Padjadjaran Satriya Wibawa Suhardjo menyatakan bahwa masih ada mispersepsi tentang produk tembakau alternatif di masyarakat.

“Mispersepsi yang berkembang ini digeneralisasi sehingga menempatkan semua produk tembakau, termasuk produk tembakau alternatif sebagai produk yang sama berbahayanya atau bahkan lebih berbahaya dari rokok. Padahal, produk tembakau alternatif ini merupakan sebuah inovasi yang didukung oleh banyak hasil penelitian yang dilakukan di dalam negeri maupun internasional. Penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa produk ini memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah dari rokok, hingga hampir 95 persen lebih rendah risiko. Fakta-fakta ini yang harus diketahui masyarakat, sehingga paham substansi intinya berdasarkan bukti ilmiah,” jelasnya.

Pemerintah sebagai pembuat dan penentu kebijakan memiliki peran penting. Pemerintah hendaknya bersedia dan terbuka untuk melakukan riset lebih jauh terkait potensi produk tembakau alternatif di Indonesia.

Adanya kerangka regulasi yang tepat pada akhirnya akan membantu Pemerintah dalam menurunkan angka perokok aktif dan pada saat yang bersamaan akan menurunkan risiko kesehatan bagi perokok.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here