BULELENG – Pasangan suami istri Ketut Jaya Atmaja alias Ero dan Komang Asih warga desa Kalianget merupakan salah satu pengerajin Endek yang masih setia bertahan dan menggeluti pekerjaan terbilang cukup rumit ini. Kain Endek kini merupakan kain terbilang tradisional dan mempunyai gengsi tinggi bahkan jarang bisa dijangkau oleh kalangan masyarakat kelas kebawah karena memiliki harga jual tinggi.
Daerah Buleleng sendiri banyak memiliki pengerajin Endek yang mampu mendesain motif-motif Endek dan tersebar dibeberapa desa sudah selayaknya patut mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Buleleng, bahkan para penegerajin ini sering kali mendapat hambatan disaat pemasaran dikarenakan banyaknya endek-endek luar Bali sering masuk kewilayah dimana para pengerajin sedang memasarkan hasil Tenunnya.
Pasangan pasutri Ketut Jaya Atmaja dan Komang Asih yang sudah menggeluti pekerjaan Tenun Endek ini sejak tahun 2012 dengan motif khas daerah Buleleng di Desa Kalianget Kelurahan Seririt saat ditemui tim BeritaDewata pada kamis (2/12/2017) mengungkapkan, selama ini pihaknya sangat kewalahan dari segi pemasaran disamping harga benang Sutra sebagai bahan dasar pokok melambung mahal juga kurangnya perhatian dari pihak pemerintah untuk memasarkan hasil kerajinan mereka.
“Kami terhambat dengan pemasaran disamping itu barang dari luar Bali banyak yang masuk jadi barang lokal Buleleng terkalahkan. Padahal dari segi kwalitas barang kita lebih bagus dengan bahan benang Sutra asli yang didatangkan dari Kabupaten Klungkung. Nah kami sangat ingin pemerintah memperhatikan pengerajin kecil seperti kita ini, di Desa Kalianget banyak juga pengerajin rumahan cuman mereka tertutup tidak membentuk kelompok,” terang Ketu Jaya Atmaja alias Ero.
Kendati harga benang Sutra yang didatangkan dari Kabupaten Klungkung cukup melambung tinggi dan terkadang terhambat saat pemasaran, Ketut Ero yang memiliki dua anak bersama sang istri tak patah semangat untuk membuat berbagai jenis kain Endek dengan motif khas Buleleng, bahkan ia berusaha penuh untuk menghidupi keluarganya dengan mengajak 6 tenaga pengerajin dirumahnya.
”Kalau dibilang tersaingi oleh produk luar sih ya sekali, tapi kembali kepada pemerintah, seperti di Kelungkung kan sudah banyak para pengusaha gulung tikar, disini pasti nanti terkena dampaknya apalagi kami pengerajin kecil-kecilan. Tindak lanjutnya kedepan biar lebih diperhatikan oleh pemerintah, sebenernya kami kesulitan di bahan baku. Mudah-mudahan dengan adanya Bumdes didesa ini bisa mengatasi permasalahan pengerajin di desa Kalianget ini, kalau bisa biar di Cover oleh Bumdes pengadaan bahan bakunya.” Pungkas Ero.