BADUNG, BERITADEWATA – Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) ke-8 resmi dibuka Kamis, (16/6/2022) di Nusa Dua Bali.
Agenda tahunan tersebut dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, diwakili oleh Deputi Bidang Produk Pariwisata dan Event Organizer – Rizki Handayani Mustafa.
Seluruh pemangku pariwisata di Bali dan juga nasional, sektor swasta dan asosiasi di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua.
Acara ini dipimpin oleh I Putu Winastra selaku Ketua Komite BBTF 2022 sekaligus Ketua DPD ASITA Bali ini menghadirkan 273 buyers dari 31 negara terdiri dari 25 negara mengikuti secara offline dan 18 negara secara online, dan 181 sellers dari 13 provinsi, media lokal dan nasional, serta peserta pameran sebagai partisipan acara.
Turut hadir juga pihak Kementerian Luar Negeri, diwakili oleh Sekretaris Bidang Pariwisata TPPE / Direktur European Affairs I – Widya Sadnovic, Gubernur Bali, diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali – Tjok Bagus Pemayun, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum & HAM Provinsi Bali Anggiat Napitupulu, Ketua Bali Tourism Board (BTB) /GIPI Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Head of Strategic Marketing & Customer Experience, PT Aviasi Pariwisata Indonesia /Aviata Injourney, Ricky Wirjan, General Manager Westin Nusa Dua & Multi – Property Vice President, Bali Properties – Oriol Montal
CEO of NTT (Nigerian Travel Two) Global Destinations – Elizabeth Agboola.
Tema BBTF 2022 “Balancing in Harmony” yang bertujuan untuk menghidupkan kembali pariwisata pasca pandemi. “Ini merupakan sebuah konsep inspirasi bagi para pemangku kepentingan untuk aktif melakukan promosi tentang kesehatan dan keseimbangan spiritual, produk dan kualitas wisata yang berkelanjutan,” ujar Ketua BBTF I Putu Winastra.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno melalui virtual screen menyambut para sellers, buyers, peserta pameran, dan media yang datang dari berbagai penjuru dunia.
“Kami akan terus mendiversifikasi pertumbuhan ekonomi melalui pariwisata yang sekarang tidak hanya bergantung pada jumlah kedatangan, tetapi juga pada kualitas pariwisata. Kami melihat kontribusi travel agent, tour operator dalam membawa bisnis industri pariwisata serta perannya dalam mendorong kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya.
Deputi Bidang Produk Pariwisata dan Events Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Rizki Handayani menyampaikan pentingnya narasi-narasi baru untuk experiential tourism berbasis events yang mengikuti trend global.
“Keterlibatan seluruh pihak pemangku kepentingan Bali berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif untuk berkomunikasi satu misi dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri untuk promosi ‘events’ sangat strategis,” urainya.
Widya Sadnovic, Sekretaris Bidang Pariwisata TPPE / Direktur European Affairs I mewakili Kementerian Luar Negeri menyampaikan, ada 193 perwakilan di luar negeri yang bisa menjadi mata rantai promosi. Travel Tourism Index sebagai barometer global mencatat Indonesia dari peringkat 44 ke 32.
“Artinya dalam waktu singkat jika koordinasi berjalan maksimal kita dapat merekrut tamu travellers terutama bisnis MICE lebih baik lagi,” jelasnya.
Untuk pertama kalinya Aviata inJourney atau PT Aviasi Pariwisata Indonesia bergabung diwakili oleh Ricky Wirjan, the Head of Strategic Marketing & Customer Experience. Dibawah bendera perusahaan BUMN, gabungan mix industry ini menjadi angin segar di dunia pariwisata.
PT Angkasa Pura I dan II, PT Hotel Indonesia Natour atau INA, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko atau TWC, serta PT Sarinah sebagai inisiatif baru yang terintegrasi melirik event internasional untuk dibawa ke Bali.
“Kunjungan wisatawan asing rata-rata setelah pintu internasional dibuka adalah 5.800 per hari dan 10.000 per hari untuk domestik. MICE events bisa angkat angka kedatangan secara signifika,” ujar Ricky Wirjan.
Ketua BBTF 2022 sekaligus Ketua DPD ASITA Bali, I Putu Winastra menggarisbawahi keyboards conventional travel yang akan terus hadir bukan tergantikan teknologi.
“Travellers mencari kenyamanan lewat persahabatan, storytelling dan budaya. Seperti art – ada hati dan rasa yang membuat hubungan network and trust tidak mudah tergantikan,” ujarnya.
Untuk itu produk baru pariwisata Bali dan Indonesia harus terus diupayakan digencarkan sosialisasi agar diketahui oleh konsumen dari seluruh dunia.
“Pasar Nigeria meneropong potensi luxury market yang untuk pertama kalinya hadir di BBTF sebagai buyers – diantara 273 buyers lain dari 30 negara. Nigerian Travel yang diwakili oleh CEO NTT (Nigerian Travel Two) Global Destinations, Elizabeth Agboola yakin bahwa Bali memiliki value for money untuk luxury market,” ujarnya.