DENPASAR, BeritaDewata – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Wishnutama Kusubandio bertemu dengan semua elemen pemerintah dan pariwisata di Denpasar Bali, Kamis (13/2).
Hadir pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali I Putu Astawa, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Ketut Suarjaya, para pengusaha hotel dan restoran, asosiasi travel agen, dan berbagai unsur lainnya. Pada kesempatan tersebut, Menparekraf mengatakan, hingga saat ini kerugian di sektor pariwisata secara keseluruhan belum bisa dihitung.
“Banyak wartawan bertanya. Berapa kerugian yang dialami akibat virus Korona. Saya katakan sampai saat ini kerugian belum bisa dihitung. Sebab kita belum tahu sampai kapan virus ini habis. Sampai kapan kondisi ini pilih. Kalau pun misalnya April 2020 ini pulih. Apakah kunjungan wisatawan juga pulih. Belum tentu juga. Yang bisa dihitung sekarang adalah bookingan dari Februari hingga April 2020. Itu pun belum bisa semuanya karena pariwisata itu banyak dampak ikutannnya,” ujarnya di Denpasar, Kamis (13/2).
Ia menyebutkan jika virus Korona ini mengagetkan sektor pariwisata. Kunjungan wisatawan menurun drastis. Bookingan hotel dibatalkan. Penerbangan tutup. Hotel sepi. Restoran sepi. Pasar seni atau sovenir itu sepi. Agen perjalanan wisata juga sepi. Dampaknya sangat besar. Namun Indonesia harus tetap kuat dan bekerja keras dalam mengelolah pasar pariwisata. Sudah saatnya mengubah strategi pasar.
Sebab para kompetitor bisa bermain-main dengan isu virus Korona. Bukan tidak mungkin politik marketing saling jegal ikut bermain di dalamnya. Indikator itu sudah mulai tampak. Beberapa yang bisa dilihat adalah travel advisory yang dikeluarkan oleh banyak negara di dunia. Indonesia misalnya selalu berwarna kuning sementara negara lain masih berwarna hijau. Bahkan sepanjang tahun Indonesia berwarna kuning.
Kasus lain yang terjadi adalah ada pengumuman dari otoritas Pemerintahan China yang menyebutkan ada satu wisatawan yang diduga positif sekembalinya dari Bali. Ini juga tidak benar karena setelah dicek ternyata turis tersebut dinyatakan positif setelah 9 hari kemudian saat dirinya tiba di negaranya. Ini juga harus diwaspada.
Bagaimana solusinya. Segera perkuat promosi pasar non China secara masif. “Ibaratnya jika seluruh telur ditaruh dalam satu keranjang. Kemudian ketika keranjang itu jatuh maka semua telurnya pecah,” ujarnya.
Selain pasar non China juga pasar dalam negeri. Indonesia ini negara besar. Pergerakan penduduk juga besar. Makanya pasar domestik juga segera digarap. Pemerintah merancang rencana induk pembangunan pariwisata nasional yang mempunyai tugas lebih detail spesifik.
Berharap rencana ini segera terwujud agar semua yang terlibat dapat melihat ke mana arah pengembangan pariwisata. Kemenparekraf mengapresiasi kegiatan yang digagas BTB Bali yang diharapkan dapat memberi masukan yang lebih komprehesif dalam menyikapi dampak virus corona bagi sektor pariwisata