BULELENG – Puluhan ekor burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dilepas liar oleh pengelola Taman Nasional Bali Barat (TNBB) pada Rabu (15/11) pukul 13:00 di Kawasan Labuhan Lalang desa Sumber Kelampok Kecamatan Gerokgak, Buleleng. Pada kesempatan itu hadir pula Kepala TNBB Ngurah Krisna Kepakisan beserta staf, Kadis Pertanian (mewakili Bupati Buleleng), Kadispar, LH, perwakilan Forkompimda, Muspika, Ka Balai TNAP, TNMB, TNB, BPDAS, KPH Bali Barat, Kades dan Desa Adat Penyangga, serta para pelaku wisata seperti Hotel Mimpi Resort, Naya Gawana dan beberapa pihak hotel lainya di Kawasan Taman Nasional Bali Barat.
Sebelumnya pelepasan liar dari Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) itu dilaksanakan dikawasan hutan desa Blimbingsari Kecamatan Melaya Kabupaten Jembrana sebanyak 8 ekor, hadir pula Bupati Jembrana beserta jajaranya, BKSDA Bali, PT PLN, Camat, Seluruh kepala desa Kecamatan Melaya untuk mendeklarasikan guna melindungi Jalak Bali. Pada sambutan Bupati Jembrana seluruh kepala desa didorong untuk membuat perdes ( Awig-awig) yang mendukung perlindungan Jalak Bali
Di Kawasan Labuan Lalang berhasil dilepas sejumlah 10 ekor Teluk Brumbun 10 ekor berhasil dilepas dari penangkaran masyarakat oleh Kepala TNBB, Ngurah Krisna Kepakisan yang disaksikan langsung seluruh tamu undangan, pada sambutan Bupati Buleleng yang di wakili kadis Pertanian Nengah Swatantra sangat mendukung pelestarian Jalak Bali tersebut. Pelepasan Jalak Bali ini bukan hanya dilakukan pada tahun ini saja bahkan hal itu sudah dilakukan dari tahun 2008 oleh TNBB, keberadaan Jalak Bali yang semakin langka habitanya ini sering disebabkan beberapa faktor seperti banyaknya pencurian terhadap burung yang dilindungi pemerintah ini, bahkan burung Jalak Bali sekarang telah berhasil dilepas liarkan dengan jumlah 109 ekor yang tersebar hingga ke sebrang Pulau Menjangan.
Kepala TNBB Ngurah Krisna Kepakisan saat dikonfirmasi usai pelepasan Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) mengatakan pihaknya akan terus melepaskan serta menjaga pelestarian habitat ini untuk menghidari kepunahan terhadap Jalak Bali, kendati itu pihak TNBB akan trus bekerja sama bersama desa-desa penyangga yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat “Dari hasil monitoring sebanyak 109 ekor burung Jalak Bali telah kembali kealamnya, kami tetap komit untuk menjaga dan melestarikannya apalagi sudah mendapat dukungan dari pemerintah daerah, masyarakat desa adat. Pelepasan ini sudah dari tahun 2008 lalu bahkan setiap tahun pelepasan itu telah dilakukan oleh TNBB. Penyebab langka dari pada Burung Jalak Bali karena habitatnya juga telah menurun dan sering adanya pencurian di kawasan hutan,”ujar Ngurah Krisna.
Dengan semakin menurun pertumbuhan habitat Jalak Bali tersebut serta seringnya dilakukan perburuan oleh oknum masyarakat yang tak bertanggung jawab pihak TNBB telah menerapkan sanksi-sanksi terhadap pelaku pencurian Burung Jalak Bali yang ada di kawasan Taman Nasional Bali Barat. “ Dengan adanya dukungan dari masyarakat, kita bisa harapkan Jalak Bali ini bisa berkembang dilahan perkembungan masyarakat sekitar kawasan, karena sementara ini hanya hidup di kawasan TNBB, untuk sanksi kepada para pemburu kita terapkan undang-undang No 5 th 1990 (Kalau melakukan kegiatan perburuan yang tidak sesuai dengan peruntukan Taman Nasional sanksinya bisa hukuman 5 tahun atau denda 100 juta), tiga tahun lalu sudah ada warga yang diproses akibat melakukan kegiatan pencurian diTaman Nasional” imbuhnya.
Penangkaran burung satu-satunya yang langka ini, bahkan bukan hanya ada di Bali saja melainkan di luar Bali serta di Luar Negeri pun telah berhasil ditangkarkan habitatnya guna meghindari kepunahan Jalak Bali tersebut, untuk di Penangkaran Taman Nasional Bali Barat (Tegal Bunder) Jalak Bali dengan jumlah 273 ekor.
Sementar Kepala Dinas Pertanian Nyoman Swatantra disela-sela pelepasan Jalak Bali mewakili Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana mengatakan. Pihaknya sangat mendukung adanya upaya pelestarian yang dilakukan pihak TNBB. “Kami dari pemerintah daerah sangat mendukung upaya pelestarian ini , seperti apa yang kita ketahui emang dari hari-kehari populasi dari pada burung ini semakin menurun. Semakin banyak masyarakat yang ada dikawasan Taman Nasional ikut terlibat dalam melestarikan, sudah barang tentu akan hasilnya lebih baik. Kita sarankan kepada seluruh desa-desa penyangga untuk membuatkan awig-awaig (Perarem) yang ada didesa adat sendiri agar ikut menjaga pelestarian habitat Jalak Bali ini” ujar Nyoman Swatantra.