DENPASAR, BERITADEWATA – Kekecewaan demi kekecewaan mulai bermunculan di Bali akibat pembatalan pertemuan Finance Track dari KTT G-20 di Bali dan dipindahkan ke Jakarta. Setelah Pemprov Bali menyatakan kekecewaannya dan akan bersurat secara resmi ke pusat, kini kekecewaan dan penyesalan datang dari pelaku pariwisata Bali.
Salah satunya datang dari Aliansi Pelaku Pariwisata Marjinal Bali (APPMB) yang anggotanya terdiri para pengusaha kecil di bidang pariwisata yang jumlahnya ribuan anggota di Bali. Sebab, event berskala dunia tersebut sangat berdampak bagi anggota APPMB yang tersebar di seluruh Bali.
Ketua APPMB I Wayan Puspanegara mengaku kaget dan kecewa jika jadwal Finance Track dari KTT G-20 dipindahkan ke Jakarta. “Kembalikan ke agenda semula demi stabilitas pertumbuhan pariwisata Bali. Kami APPMB kaget dan kecewa dengan pemindahan acara Finance Track dari KTT G-20 Februari mendatang ke Jakarta dengan alasan kesehatan. Ini sangat tidak masuk akal,” ujarnya.
Jakarta itu kalau dibandingkan dengan Bali, maka ancaman kesehatan itu lebih tinggi Jakarta. Ini malah dipindahkan ke Jakarta. Seharusnya terbalik. Agenda yang di Jakarta dipindahkan ke Bali. Ia mengaku sudah banyak menerima pengaduan dari ribuan anggota APPMB yang menyatakan kecewa dan menyesal dengan informasi ini. Umumnya mereka meminta agar APPMB memperjuangkan hal ini agar bisa dikembalikan ke Bali.
Ia mengatakan, pihaknya sudah mencermati beredarnya surat dari Kementrian Keuangan, sebagai panitia pelaksana pertemuan G20 bidang finance track. No:S-3/G20.33/2022, tgl 19 januari 2022, perihal: penyampaian informasi pemindahan lokasi kegiatan G20. Dalamm surat itu jelas bahwa salah satu rangkaian kegiatan G20 jalur keuangan tahun 2022 adalah kegiatan 2nd FCBD & 1st FMCBG yang direncanakan tanggal15-18 Februari 2022 di Nusa Dua.
Surat itu mengatakan, memperhatikan perkembangan Covid19 di tingkat global dan nasional terutama dari varian omicron yang tingkat penyebaranya sangat tinggi serta mempertimbangkan hasil survey kehadiran (in person) para delegasi G20, maka 2nd FCBD & 1st FMCB dipindahkan dari Bali ke Jakarta. Surat tersebut ditandatangani oleh Rudi Rahmadi, sekretaris 1 panitia G20 bidang logistic.
Dari surat tersebut jelas terlihat adanya inkonsistensi jadwal dan menunjukkan sesuatu yang kurang pada Bali. Meskipun kita tahu bahwa kegiatan G20 puncaknya adalah G20 Leader’s Summit 11/2022. Sesuai jadwal, Bali mendapat 35 agenda termasuk puncak G20. Kota lain mendapat agenda G20 yakni Bogor 2, Surabaya 6, Jogya 14, Solo 1, Jakarta 16, Labuan Bajo 7, Medan 2, Lombok 7, Manado 4. Jadi untuk Bali berkurang 1 agenda di bulan February 2022.
“Meski agenda ini termasuk dalam pra KTT G20 tetap saja pembatalan ini memunculkan tanda tanya, kekagetan dab kekecewaan, karena sepertinya Bali tidak siap atau Bali sengaja dilemahkan di tengah harapan besar masyarakat Bali menyukseskan semua rangkaian KTT G20 di Bali.
Bagi APPMB sejauh ini untuk suksesnya G20 rakyat Bali begitu bersemangat, terlebih insan pariwisata begitu patuh, baik terhadap Prokes maupun himbauan lainnya, karena ingin bali lebih cepat pulih dari keterpurukan ekonomi yang masih berlangsung sampai detik ini, tetapi kenapa jadwal dirubah? Apakah pemimpin Bali tidak berani mempertahankan agenda ini di tengah prestasi tinggi terhadap penanganan Covid 19?” ujarnya.
Bali terbaik dalam cegah tangkal Covid19. “Katanya Bali baik-baik baik saja? Kenapa ada pergeseran agenda? Tentu ini menimbulkan interpretasi yang beragam terutama kami di pelaku pariwisata merasa dipermainkan oleh kebijakan pusat atau ketidakberdayaan bargaining power pemimpin daerah kami? Perubahan agenda ini sangat sensitive bagi Bali karena Bali harus tetap firm dalam tahapan pemulihan, jika pemindahan itu karena alasan Covid19 atau omicron justru dibanding Jakarta, kasus di Bali jauh lebih sedikit.
Oleh karena itu kami APPBM tetap berharap semua agenda KTTG20 di Bali tidak ada yang cancel, berubah atau postpone, untuk menjaga stabilitas pemulihan Bali. Usul kami, kembalikan jadwal FINANCE TRACK G20 ke Bali jangan dirubah sebagai wujud menciptakan stabilitas pertumbuhan pariwisata Bali untuk percepatan recovery,” ujarnya.