Pawai Ta’aruf Serangkaian Milad ke-105 Muhammadiyah

Pawai Ta’aruf serangkaian Milad ke-105 Muhammadiyah yang digelar di Eks. Pelabuhan Buleleng

BULELENG – Pawai Ta’aruf serangkaian Milad ke-105 Muhammadiyah yang digelar di Eks. Pelabuhan Buleleng, Minggu, 3 Desember, berlangsung semarak. Meskipun mendung bergelayut di langit kota Singaraja, tidak menyurutkan kader-kader dan simpatisan Muhammadiyah memeriahkan pawai ta’aruf.

Pawai yang diikuti ribuan peserta tersebut dilepas anggota DPR RI, Dr. Ir. Wayan Koster, MM. Juga hadir Wakil Bupati Buleleng, Nyoman Sutjidra, Ketua DPRD Buleleng, Gede Supriatna, Ketua PW Muhammadiyah Bali, H. Aminullah, dan kader-kader dan simpatisan Muhammadiyah se-Bali.

Dalam ceramahnya pada acara resepsi Milad 105 Muhammadiyah, Dr. M. Saad Ibrahim, yang juga Ketua PW Muhammadiyah Jatim, menyatakan, Muhammadiyah harus bersama-sama membangun bangsa ini dengan agama-agama yang lain, seperti Hindu, Katolik, Protesten, Budha, lainnya. Kata dia, bangsa ini harus besar oleh semua komponen bangsa.

Dikatakan, bagi Muhammadiyah, Indonesia adalah wadah yang sudah selesai, tidak perlu dibuat wadah yang baru. “Bersama-sama komponen bangsa lainnya, Muhammadiyah mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah seorang anggota BPUPKI, salah satunya dan satu-satunya yang representasi dari organisasi Islam yaitu Ki Bagus Hadikusumo.

Ketika itu beliau ketua umum PP Muhammadiyah. Ini mengajarkan kepada kita bahwa bagi orang Muhammadiyah, Indonesia itu adalah wadah yang sudah selesai. Tidak perlu dibuat yang baru. Inilah wadah kita mengabdi bagi bangsa ini,” ujarnya.

Saad juga mengingatkan agar warga Muhammadiyah jangan pernah bertengkar dengan ormas dan agama lain. Justu akan menjadi nilai plus jika warga Muhammadiyah bermanfaat bagi ormas atau agama lain. “Misalnya kalau ada warga Muhammadiyah yang bermanfaat bagi NU (Nahdlatul Ulama-red), itu namanya warga Muhammadiyah plus,” katanya.

Ia juga menyatakan Muhammadiyah juga harus bermanfaat bagi kemanusiaan.” Tahun 1918, ketika Gunung Kelod meletus, KH Ahmad Dahlan juga memikirkan bagaimana memberikan pertolongan kepada mereka yang terdampak meletusnya Gunung Kelod,” katanya.

Menurutnya, sekarang Muhammadiyah mempunyai MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Centre). MDMC, kata dia, telah berkiprah dalam berbagai kegiatan kemanusiaan di Indonesia, bahkan di dunia internasional. Hal itu, kata dia, merupakan gelombang lanjutan dari apa yang dilakukan KH Ahmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah.

Sementara Ketua PW Muhammadiyah Bali, H. Aminullah, di Bali MDMC sudah membantu pengungsi Gunung Agung. “Ketika pra erupsi, Muhammadiyah sudah hadir. Muhammadiyah hadir di wilayah yang bukan umat Islam. Hadir di pasar seni Manggis. Dengan program-program kemanusiaannya. Sudah mencipatakan selter-selter untuk melayani pengungsi, meskipun diakui oleh pemerintah. Tetapi tidak mengapa, yang penting Muhammadiyah hadir dalam kemanusiaannya. Siapapun yang mengklaim tidak perlu ambil pusing. Itulah Muhammadiyah,” katanya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here