Pagi Motley, UMKM Binaan BI Bali Berhasil Tembus Pasar Ekspor

Pagi Motley, sejak berdiri tahun 2019 konsisten dengan mengolah warna yang terintegrasi dengan bahan baku alam

Singaraja, Berita Dewata – Salah satu UMKM binaan Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali ini mampu menembus pasar ekspor. Pagi Motley berhasil mengembangkan pewarna alami pada kain.

UMKM yang berlokasi di Buleleng itu sejak berdiri tahun 2019 konsisten dengan mengolah warna yang terintegrasi dengan bahan baku alam.

Made Andika Putra pendiri Pagi Motley, menjelaskan Pangsa pasar produk fesyen dan bahan baku mulai beralih pada produksi yang berkelanjutan, kembali ke alam menjadi pilihan para desainer maupun pecinta fesyen di negara-negara maju.

“Kita memiliki pasar di 10 negara, terutama di Amerika maupun Eropa. Negara-negara di Asia seperti Jepang dan Korea juga menjadi pasar yang menjanjikan,” ungkap Andika ditemui di tempat produksi di wilayah Tejakula, Sembiran, Kabupaten Buleleng, Bali, Jumat, 8/10/2021.

Pria yang 18 tahun berpengalaman mengolah warna alami ini menjelaskan, bahan-bahan yang digunakan untuk mewarnai kain mudah ditemukan. Ia mencontohkan, warna coklat diambil dari serabut kelapa yang diolah melalui proses pemasakan sebelum dijadikan bahan pewarna.

Produk fesyen hasil celup di Pagi Motley kembali ke alam

Untuk pewarnaannya sendiri, dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya, membersihkan kain dengan pencucian selama satu jam. Kemudian, masuk proses mordan untuk membuka pori-pori kain agar mudah menyerap warna.

“Biasanya kita dapat warnanya empat kali celup, dengan cara mordan ini lebih efektif cukup hanya dengan 2 sampai 3 kali pencelupan saja. Ini untuk mengurangi proses produksi,” jelas Andika.

Meski Pagi Motley memproduksi pakaian jadi dan bahan baku fesyen berupa kain, namun untuk saat ini justru jasa pencelupan menjadi andalannya. Negara Korea menjadi peminat terbesar dari pengolahan kain warna alami di Pagi Motley.

Made Andika Putra pendiri Pagi Motley di Buleleng

Rata-rata omzet per bulan yang dihasilkan mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta. ungkap Andika, kebutuhan jasa pewarnaan alami di masa pandemi justru mengalami kenaikan yang signifikan. Menurutnya,saat ini, orderan terbanyak berasal dari Korea dan Amerika. “Pagi Motley 80%  fokus pada jasa celup,” terangnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here