OJK Gencarkan Edukasi Keuangan, Upaya Mencegah Maraknya Kejahatan Finansial

oleh M. Ismail Riyadi, Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK dalam kegiatan Journalist Class di Denpasar, Senin (26/5/2025).

DENPASAR, BERITA DEWATA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memperkuat peran literasi dan inklusi keuangan sebagai upaya mencegah maraknya kejahatan finansial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh M. Ismail Riyadi, Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK dalam kegiatan Journalist Class di Denpasar, Senin (26/5/2025).

“Tantangan terbesar kita saat ini bukan hanya rendahnya literasi, tetapi juga paparan masyarakat terhadap risiko keuangan digital, pinjaman ilegal, dan investasi bodong,” kata Ismail.

Menurut Ismail, OJK menilai bahwa literasi yang baik merupakan pelindung utama masyarakat dari jebakan keuangan ilegal. Sepanjang 2025, OJK telah menyelenggarakan lebih dari 17 ribu kegiatan edukasi dengan total jangkauan 81 juta peserta secara nasional.

Program unggulan seperti GENCARKAN, LMSKU OJK, dan pelibatan duta literasi menjadi strategi utama dalam menyasar segmen prioritas seperti pelajar, perempuan, UMKM, hingga penyandang disabilitas.

“Edukasi ini tidak hanya dilakukan secara langsung, tapi juga digital dan kolaboratif dengan stakeholder hingga ke desa-desa,” ujar Ismail.

OJK mencatat, sepanjang Januari hingga April 2025, pihaknya telah menghentikan 1.332 entitas keuangan ilegal, termasuk 1.123 pinjaman online ilegal dan 209 penawaran investasi bodong.

Ismail menyebut bahwa tren kejahatan finansial kini semakin canggih, termasuk menggunakan deepfake, fake SMS masking, dan penipuan asmara digital (love scam). Oleh karena itu, literasi digital menjadi bagian penting dalam program edukasi OJK.

“Konsumen saat ini bukan hanya perlu tahu soal produk keuangan, tetapi juga bagaimana melindungi data pribadinya dari kejahatan siber,” katanya.

OJK juga mendorong inklusi melalui kampanye One PUJK One Village/School/Community, yang mewajibkan pelaku usaha jasa keuangan melakukan edukasi rutin di wilayah prioritas.

Tak hanya itu, program pembukaan rekening pelajar juga masif dijalankan. Hingga Triwulan I 2025, tercatat 87,27 persen pelajar Indonesia telah memiliki rekening tabungan, dengan nominal mencapai Rp34,64 triliun.

“Target kami pada 2045, inklusi keuangan nasional bisa tembus 98 persen. Tapi ini hanya bisa tercapai jika kita membangun budaya keuangan sejak dini,” ucap Ismail.

Ismail juga mengajak media massa berperan aktif sebagai jembatan informasi kepada masyarakat.

Dengan berbagai strategi dan kolaborasi, OJK berharap masyarakat Indonesia semakin cerdas dalam memilih produk keuangan, dan semakin terlindungi dari risiko keuangan yang merugikan.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here