DENPASAR, BeritaDewata -Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia melakukan sosialisasi secara masif selama dua hari berturut-turut di Bali.
Ketua Panitia Sosialisasi dan Webinar dari BPPT Novian Andri Akhirianto saat dikonfirmasi mengatakan, untuk hari pertama, Rabu (2/6/2021), sosialisasi dilakukan secara offline di Pelabuhan Benoa Bali. Pesertanya sekitar 50-an orang yang terdiri dari berbagai unsur yakni Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI), dari Polair, dan sebagainya.
“Mengapa kami sosialisasi ke para nelayan di unsur lainnya di Benoa, karena berdasarkan hasil identifikasi yang kami lakukan, nelayan-nelayan itulah yang wilayah tangkapnya ataupun jalur-jalur tangkapan ikan mereka itu melalui titik koordinat di mana alat deteksi berupa InaBuoy itu dipasang di perairan selatan Bali. Sehingga kita ingin bekerja sama dengan untuk menjaga dan melindungi Buoy yang sudah terpasang di selatan Bali.
Apabila ada yang melakukan vandalisme atau perusakan terhadap alat tersebut, mereka bisa melaporkan kepada kami. Kami kemarin sudah informasikan dan sosialisasikan bahwa BPPT punya nomor hotline yang bisa dihubungi apabila mereka melihat adanya pengrusakan atau vandalisme terhadap Buoy yang sudah dipasang,” ujarnya.
Sosialisasi di hari kedua yakni Kamis (3/6/2021) dilakukan melalui Webinar yang digelar di Gedung Pusdalops PB Provinsi Bali. Webinar diikuti kurang lebih 100 orang dari berbagai unsur seperti BPBD Bali, BMKG, media dan masyarakat umum lainnya. Dalam webinar ini menampilkan para narasumber yang berkompeten di bidangnya. Beberapa di antaranya Direktur Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BPPT M.
Ilyas, Sub Koordinator Bidang Pengumpulan dan Penyebaran BMKG Wilayah III Denpasar, Dwi Hartanto, Kepala Pelakaana Harian BPBD Bali Made Rentin, Perekayasa Madya BPPT Syaefudin, PMO InaTEWS BPPT Alfi Rusdiansyah.
Menurutnya, sosialisasi ini merupakan mandat dari Presiden melalui pembangun tentang teknologi deteksi dini tsunami. “Jadi kami selama ini berinovasi untuk menghasilkan teknologi deteksi dini tsunami antara lain berbasis Buoy dan berbasis akustik tomografi dan kabel bawah laut,” ujarnya.
Kemudian untuk yang di Provinsi Bali ini kami pasang ada dua deteksi dini tsunami berbasis Buoy dan berbasis akustik tomografi. Itulah sebabnya Bali menjadi tujuan diadakannya acara sosialisasi atau webinar ini.
“Kami dari BPPT ingin mensosialisasikan alat atau teknologi deteksi dini tsunami hasil karya dari BPPT kepada masyarakat Bali khususnya dan juga kepada masyarakat luas di Indonesia supaya kita bersama-sama bersinergi untuk menjaga dan melindungi alat-alat deteksi dini tsunami yang sudah dikembangkan oleh BPPT ini karena mengingat pentingnya alat tersebut untuk keselamatan masyarakat khususnya yang mereka bermukim di wilayah pesisir di Provinsi Bali,” ujarnya.
Untuk di Bali kedua alat tersebut sudah dipasang di perairan selatan Bali dan yang satunya di sekitar wilayah Karangasem. Sementara untuk di seluruh Indonesia akan dipasang di 13 titik dengan risiko bencana paling tinggi. Dari 13 titik tersebut baru terpasang di Selat Sunda, di perairan selatan Kabupaten Malang, di perairan selatan Bali dan di Kabupaten Cilacap.