DENPASAR – Isak tangis bercucuran dari mata kedua orang tua Thomas Aquino Goang, pasien balita berusia 1 tahun yang kini menderita sakit bocor jantung dan terlahir tanpa lubang anus, ketika perkumpulan para musisi di Bali datang berkunjung, sekaligus memberikan sedikit donasi bantuan dana demi biaya penghidupan mereka di Bali.
Hal teresebut bisa terlihat ketika sejumlah Musisi Bali yang tergabung dalam perkumpulan ‘Musisi Bali Peduli’, datang menemui secara langsung keluarga kecil tersebut di kos-kosan jalan Tukad Banyusari, Gg pelita 1 nomor 2, Denpasar-Bali. Aksi sosial yang langsung diarahkan oleh sosok musisi ternama di Bali yaitu D’Go Vaspa, Jun Bintang, Lebri, Hanz, Alit, dan kakul ini pun disambut hangat oleh keluarga Thomas ketika memberikan donasi berupa dana sebanyak 10 juta rupiah.
Jun Bintang, salah satu musisi asal Bali yang sempat di Wawancarai mengungkapkan kalau dirinya dan D’Go Vaspa sudah mendengar informasi tersebut dari sejumlah pihak sejak dua hari lalu. Jadi dia mengaku, keberadaan perkumpulan para seniman Bali ini pun punya tanggung jawab besar terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan seperti ini.
“Ya karena yang kita dengar, kalau keluarga ini asal dari luar pulau bali dan sangat membutuhkan biaya tambahan. Jadi kita ini dari Musisi Bali Peduli, yang mana suatu perkumpulan para seniman Bali yang memang peduli dengan kemanusiaan,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan, dalam perkumpulan yang sudah berdiri sejak 4 tahun silam ini, ‘Musisi Bali Peduli’ terdiri dari dua visi dan kelompok musisi yang kita bentuk menjadi satu, sejak. Perkumpulan ini pun dibentuk saat bencana alam Gunung Agung, Karangasem, Bali dan ada banyak korbang pengungsian.
“Sejak saat itu, akhirnya kami melakukan aksi ngamen masal. Dan memang hasilnya hampir ratusan juta yang kita dapat. Nah dana sisanya itu pun kita bersepakat untuk mengalokasikan untuk aksi kemanusiaan. Dan salah satunya untuk Thomas ini,” jelas Jun Bintang.
Sementara itu, D’Go Vaspa yang juga sempat diwawancarai ini menambahkan, bahwa pihaknya hadir dalam perkumpulan ini memang untuk terus bergerak dalam visi kemanusiaan. Terkait seberapa besar sumbangan dan aliran dana kita ini, semuanya sudah dikomunikasikan dalam perkumpulan kami.
“Jadi tugas kita memang disamping menghibur masyarakat, kita memang ingin berbagi bila ada yang membutuhkan,” pungkas D’Go.
Ia pun berharap, semoga dengan aksi sosial yang dilakukan oleh hampir 60an lebih musisi dalam perkumpulan ‘Musisi Bali Peduli’ ini, bisa memancing banyak orang di Bali untuk bisa saling peduli terhadap sesama. “Soal membantu kita tidak boleh memilah-milah, pokoknya semampu kita dan siapa pun mereka. Karena kita semua sama,” pungkasnya.
“Dan juga yang paling penting, aksi kami ini betul-betul tulus sesuai visi kami. Disini kami tidak ingin mencari popularitas atau hanya bekerja untuk keuntung kami, tapi kami disini kami hadir untuk bisa saling berbagi,” tutupnya.
Seperti yang di beritakan sebelumnya, Greorius Goang dan Yuliana Mei merupakan orang tua dari pasien balita, bernama Thomas Aquino Goang yang berasal dari Sok, Desa Compang Ndejing, Manggarai Timur, Flores-NTT. Putra tunggalnya ini merupakan pasien rujukan yang harus mendapat perawatan lebih intens dari pihak RSUP Sanglah Denpasar demi penyembuhan atas ujian berat akibat penyakit yang dideritanya sejak lahir. Terlahir tanpa lubang anus, Thomas Aquino Goang hanya terlihat berbaring lemas diatas tempat tidur yang juga sesekali menangis.
Mengejutkan lagi ketika melakukan perawatan di Bali selama kurang lebih 2 bulan lamanya, Balita ini juga ternyata mengidap penyakit baru, yaitu bocor jantung. Kondisi saat ini, Thomas harus bisa kuat melawan waktu hingga menunggu jadwal operasi bertahap, bocor jantung dan pembuatan lubang anus.
“Beberapa minggu kemarin kami memang rawat inap di Sanglah, tapi sejak dua hari lalu, kita sudah diijinkan pulang namun tetap melakukan proses rawat jalan. Sementara kita tinggal di kos dulu. Dan anak saya sendiri belum di ambil tindakan operasi, karena dari kemarin memang kondisi fisiknya masih panas dingin,” cerita sang ayah, Gregorius Goang saat diwawancarai.
Ia pun sangat berharap, agar segera mendapat kepastian dari pihak dokter yang menangani penyakit putranya ini. “Karena kita dengar juga informasi, kalau proses penyembuhan anak kamindi Bali ini cukup memakan waktu yang lama. Kurang lebih satu tahun kita harus di Bali. Ya, saya minta dukungan doa dan terimakasih banyak bagi semua orang yang sudah banyak membantu,” tutup Gregorius.