KLUNGKUNG, BeritaDewata – Sebelum semua proses upacara Catur Brata Penyepian, tahun Baru Saka 1943, semua hewan disucikan atau dimuliakan dengan sarana tirta suci yang dipercikkan oleh seorang Sulinggih yang memimpin pelaksanaan upacara.
Tahun ini, Jumat (12/3) di Kabupaten Klungkung, upacara dipusatkan di Catus Pata atau perempatan agung Kota Semarapura, dimana pelaksanaan upacara Mapepada dipimpin oleh Ida Pedanda Istri Anom dari Griya Jumpung Anyar Dawan Klod, Dawan Klungkung.
Dewa Ketut Soma Panitia Upacara dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung menerangkan, Mapepada berasal dari kata Pada. Pada sendiri pada dasarnya memiliki dua makna, yakni pada yang berarti sama dan pada yang berarti kaki. Dalam pengertianya sebagai persamaan, pada dapat diartikan sebagai penyamaan terhadap roh hewan yang akan digunakan untuk sarana upakara.
“Dengan Mapepada diharapkan arwah dari hewan yang digunakan untuk upakara, ketika lahir kembali mengalami kenaikan tingkat atau tidak menjadi hewan kembali, atau lebih meningkat kehidupannya” terang Budayawan asal Desa Satra ini.
Dijelaskannya, untuk pengertian pada yang berarti kaki, dapat diartikan sebagai penggunaan binatang yang berkaki, dalam hal ini adalah kaki dua dan kaki empat. Mapepada adalah rangkaian upacara Bhuta Yadnya. Dalam hal ini secara mengkhusus terdapat di dalam upacara dengan tingkatan utama, yakni tawur. Sebelum upacara inti dilakukan semua sarana tersebut diajak kedepan sang sulinggih untuk diberikan tirta suci dan dipasangi karawista (ikat kepala dari ilalang).
Kemudian, upacara dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang pada saat upacara ini selain dihadiri dari Desa Pemucuk atau pelaksana upacara dari Desa Dawan Klod, juga dihadiri Ibu Ayu Suwirta ( Istri Bupati Klungkung, Sekda Klungkung, Gde Putu Winastra unsur pejabat daerah hingga pegawai di jajaran dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung.
Dalam pelaksanaan upacara Mapepada, identik dengan penggunaan hewan berkaki dua, hewan berkaki empat, hewan yang tumbuh di darat, hewan yang tumbuh di air, hewan yang bisa tumbuh di darat dan di air, dan hewan yang bisa terbang. Penggunaan hewan tergantung dari besar kecilnya upakara yang akan dipersembahkan.
Selanjutnya upacara dilanjutkan dengan mengelilingi lokasi upacara sebanyak tiga kali baik sarana upacara, hewan yang akan digunakan upacara, alat mengolah hingga kayu bakar untuk sarana upacara mengelilingi catus pata Klungkung.