GIANYAR, BeritaDewata – Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, low sesion atau musim sepi tamu tahun ini ternyata berlangsung cukup panjang. Biasanya, memasuki bulan akhir tahun atau Desember sudah memasuki high sesion atau musim banyak tamu. Hal ini tentu saja berdampak buruk terhadap usaha hotel di kawasan Gianyar karena terdampak seoinya tamu.
Misalnya di Hotel Banuswari di kawasan Desa Tengkulak Kelod Sukawati Biasanya bulan Desember, room atau kamar di Banuswari hampir terisi penuh. Namun saat ini masih sepi.
“Masih sepi saat ini, tidak seperti tahun tahun lalu dimana memasuki bulan Desember sudah high sesion dan room kami hampir terisi penuh, ” ujar Lina Owner Banuswari, Jumat (6/12/2019).
Bahkan, hotelnya pun mengalami kerugian karena jumlah pengeluaran lebih banyak dari pemasukan. “Kerugian pasti ada, pengeluaran kami saat ini lebih besar dari pemasukan, ” ucapnya.
Ketua PHRI Gianyar, Pande Adit pun mengkui, sejak memasuki bulan November hingga saat ini, jumlah kunjungan wisatawan mengalami penurunan signifikan. Bahkan tingkat okupansi atau hunian hotel-hotel di Kabupaten Gianyar, sudah menyentuh angka 40-55 persen. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Gianyar menyebutkan, hotel-hotel merugi jika tingkat okupansi sudah menyentuh 40 persen.
“Saat ini tingkat okupansi hotel di Kabupaten Gianyar jika dirata-ratakan, hanya sekitar 40 persen mudah-mudahan kunjungan wisatawan meningkat di penghujung tahun ini,” ujarnya.
Dengan hunian yang berkisar 40 persen, dipastikan hotel-hotel tergolong merugi. Karena jumlah kamar relatif sedikit, yakni berkisar 10 sampai 30 kamar per hotel. menyikapi kondisi ini, sebagian besar manajemen hotel-hotel telah mensubsidi kondisi ini, menggunakan keuntungan saat high season. “kondisi seperti ini memang siklus. Hanya saja, tahun ini terbilang lebih parah dari sebelumnya,” terangnya.(tur)