Surabaya – Pemerintah Provinsi Bali belajar bagaimana cara menata kota, taman dan pengolahan sampah dari Kota Surabaya yang dipimpin oleh Walikotanya yang sangat fenomenal Tri Rismaharini. Kabag Data dan Dokumentasi Biro Humas Provinsi Bali Ida Bagus Surja Manuaba menjelaskan, Bali wajar belajar dari Kota Surabaya.
“Kota Surabaya dibawa Walikota Ibu Risma banyak kemajuan, inovasi dan penghargaan hingga ke dunia internasional. Surabaya yang sebelumnya macet, kotor, panas, sekarang berubah dengan sangat pesat. Kemacetan hilang, wajah kota hijau, banyak taman indah, hijau dan seterusnya,” ujarnya di Denpasar, Jumat (20/7).
Menurutnya, Bali sebagai daerah destinasi pariwisata terkenal dunia perlu belajar juga dari Surabaya. Terutama tentang tata kota, tata taman, tata lampu kota, pengolahan sampah. “Di Surabaya kita dijelaskan jika warga bisa menukar sampah plastik untuk menumpang bis TransSurabaya. Orang tidak perlu bayar transport lagi, cukup dengan membawa sampah plastik. Ini inovasi yang luar biasa. Cepat atau lambat, sampah plastik akan terus berkurang di Surabaya,” ujarnya.
Menurutnya, selama belajar di Surabaya, Pemprov Bali menerima banyak hal yang sangat inspiratif. Kota Surabaya telah menjadi role model bagi banyak kota dan kabupaten di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah melalui program 3 R (reduce, reuse dan recycle).
Ada banyak inovasi telah dilakukan Pemkot Surabaya dalam pengelolaan sampah yang selaras. Selain terus mengurangi volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Benowo, Pemkot Surabaya juga concern mencegah timbunan sampah menuju ke pantai atau laut.
Menurut Manuaba, penjelasan dari pihak Pemkot Surabaya terutama dari Asisten Administrasi Umum Kota Surabaya Hidayat Syah menunjukan bahwa, komitmen tata kota dan pengolahan sampah merupakan komitmen bersama mulai dari pemimpin, stakoholder da dukungan dana yang maksimal.

Menurut Asistem Administrasi dan Umum Kota Surabaya, Hidayat Syah, alokasi dana untuk sektor ini sebanyak Rp 600 miliar. Uang sebesar ini untuk pembiayan penataan taman, sampah, lampu penerangan jalan, gaji pegawai taman dan patroli jalanan. Bali tidak mesti mengeluarkan angaran sebesar itu, tetapi bisa diberdayakan sumber dana dan SDM yang sudah ada. Bali optimis bisa melaukan itu semua.
Diakuinya meskipun Bali merupakan destinasi wisata tapi masalah pengelolaan sampah masih sangat jauh dari capaian Kota Surabaya. Juga masalah kemacetan di Bali. Untuk masalah pengelolaan sampah dan ruang hijau Walikota Surabaya Tri Rismaharini lebih mempriotaskan trust dari warganya. Pun seluruh capaian Kota Surabaya terkait masalah ini selain peran penting sosok Risma juga dukungan warga Kota Surabaya.
Beberapa warga yang ketahuan melanggar ditetapkan aturan dengan menahan KTP yang bersangkutan. Jika pelanggar tidak mengambil KTP tersebut maka untuk kepengurusan hal yang lainnya juga akan menghadapi kesulitan. Tentunya dengan diberlakukannya sanksi administratif ini ternyata juga efektif mengubah perilaku warga Kota Surabaya dalam hal kebersihan.
Dengan jumlah penduduk 3.307.300 jiwa kini diungkapkan kesadaran warganya semakin membaik. Sehingga yang dulunya Surabaya dikenal gersang dan jorok, kini banyak lajur hijau, bersih dan rapi.
Hal lain yang menakjubkan adalah banyak pihak swasta yang terlibat untuk urusan sampah, penataan taman, perawatan dan seterusnya. Koya Surabaya tidak pernah menerima dana pihak swasta dalam bentuk uang tunai. Semuanya dikerjakan dalam bentuk proyek kebersihan dan penataan taman.

Bahkan warga asing yang tinggal Surabaya pun juga turut membantu pembangunan taman. Kota Surabaya sendiri pada tahun 2017 jumlah ton sampah yang masuk ke TPA mencapai 1590,57 ton. Dengan anggaran DKP Rp 600 Miliar sementara APBD mencapai Rp 9,2 triliun. Untuk penanganan sampah anorganik diantaranya dengan mendidik para pelajar dengan menggunakan bus sekolah.
Uniknya bus sekolah yang super bagus tersebut pembayarannya menggunakan 5 botol plastik. Sementara itu sekitar 68,5 persen sampah organik dimanfaatkan menjadi kompos dengan memanfaatkan salah satu jenis ulat pengurai. Hasilnya digunakan untuk media tanam lajur hijau sepanjang Kota Surabaya.