KLUNGKUNG – Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster menggelar kampanye di sejumlah desa di Kabupaten Klungkung. Salah satunya di Desa Pakraman Tusan, Kecamatan Banjarangkan.
Dihadapan ratusan warga, Koster berkomitmen memperkuat kedudukan desa adat di Bali. Langkah awal yang akan dilakukannya adalah merevisi Perda tentang Desa Pakraman.
Ia ingin desa pakraman yang nantinya akan diubah menjadi Desa Adat memiliki peran vital dalam membangun karakter, jati diri dan integritas moral orang Bali sejak dini.
Desa adat nantinya berperan menempa warganya. Untuk itu, desa adat akan menjalankan empat fungsi utama yakni pertama, menjalankan fungsi Parahyangan, Pawongan dan Palemahan dengan awig-awig dan pararemnya.
Kedua, melaksanakan fungsi pendidikan berbasis agama Hindu seperti PAUD dan TK. Ketiga, menjalankan pelestarian adat, budaya, seni tradisi dan kearifan lokal. Keempat, membangun perekonomian kerakyatan.
“Soal penganggaran, sepenuhnya menjadi tanggung jawab Provinsi Bali,” kata Koster di Wantilan Desa Adat Tusan, Rabu 9 Mei 2018.
Untuk melaksanakan hal itu, kata Koster, maka Wantilan Desa Adat harus bagus dan memadai. Koster sendiri akan melakukan pendataan terhadap wantilan milik desa adat se-Bali.
“Semua Desa Adat harus punya Wantilan yang bagus. Yang sudah punya dan bagus ya tinggal jalankan saja programnya. Yang sudah punya tapi kecil dan ingin membangun yang lebih besar, ayo kita bangun. Yang sudah rusak, mari kita renovasi menjadi bagus dan representatif,” tegas dia.
Nantinya, kata Koster, desain Wantilan akan dibuatkan agar memiliki standarisasi.
“Tujuannya agar segala kebutuhan dan kepentingan adat ini bisa dilayani di Wantilan. Makanya harus bagus,” katanya.
Nantinya, di Desa Adat segala hal yang berkaitan dengan penempaan karakter, jati diri dan integritas moral dijalankan secara baik.
“Seperti baca lontar, puisi, megamel, menari dan pelestarian seni budaya lainnya. Akan diangkat tenaga kontrak nantinya dari desa setempat dengan kualifikasi yang lengkap menjadi tenaga pengajar di desa tersebut,” katanya.
Dengan begitu, ia berharap desa adat dapat menjadi spektrum yang mempertemukan kebudayaan Bali dan modernitas. Tujuanya, agar manusia Bali tak tercerabut dari akarnya.
“Desa adat dan wantilannya akan dijadikan satu model yang mempertemukan generasi muda kita, generasi milenial kita dengan pembangunan dan seni, adat serta budaya di desanya,” demikian Koster.