DENPASAR, BeritaDewata – Kapolda Bali Irjen Pol. Petrus Reinhard Golose didampingi Wakapolda Bali Brigjen Pol. I Wayan Sunartha serta seluruh Pejabat Utama Polda Bali dan Kapolres se-Bali menghadiri acara jumpa pers akhir tahun 2019. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Perkasa Raga Garwita Polda Bali, Senin (30/12).
“Terima kasih saya sampaikan kepada pimpinan redaksi, rekan-rekan wartawan media cetak, elektronik dan online yang telah meluangkan waktunya untuk hadir memenuhi undangan kami dalam mempererat tali silahturahmi yang selama ini telah terjalin dengan baik. Saya juga mengapresiasi rekan-rekan media atas kerja samanya selama ini membantu Polda Bali dalam mempublikasikan semua pelayanan dan kegiatan Polda Bali beserta jajaran sehingga masyarakat mengetahui apa yang sudah dilakukan Polda Bali dalam menegakkan hukum serta menjaga keamanan pulau Dewata,” ujar Kapolda Bali
Menurut Kapolda, sejalan dengan perkembangan dinamika masyarakat saat ini yang dihadapkan pada era digital dimana semakin pesatnya perkembangan media sosial yang dengan mudah dan cepat dapat menyajikan informasi kepada masyarakat luas, baik yang bersifat positif maupun negatif sedangkan di sisi lain masyarakat dengan mudah mempercayai berita-berita yang ter-expose tanpa memperdulikan kebenarannya.
“Rekan-rekan media memiliki peran penting dalam memberikan informasi, edukasi yang dapat mencerdaskan masyarakat. kedepan peran media sangat penting dalam pemberitaan untuk membantu menciptakan suasana menjadi aman dan damai,” ujarnya.
Kapolda asal Manado tersebut menyampaikan jika pihaknya tetap tidak memberikan ruang kepada Ormas di Bali dengan seluruh sepak terjangnya. Ia menyebut ada tiga Ormas besar di Bali yakni Laskar Bali, Baladika dan Pemuda Bali Bersatu (PBB) yang tetap menjadi atensi dari Polda Bali bersama seluruh jajarannya.
“Kita tetap tidak memberikan ruang kepada aksi premanisme di Bali karena sesungguhnya masyarakat Bali pun tidak suka dengan aksi premanisme namun mereka lebih memilih diam,” ujarnya. Untuk menjaga pulau yang sangat dicintainya ini, ia meminta agar seluruh jajarannya ambil tindakan tegas dan berantas sampai ke akar-akarnya.
Selama tahun 2019, ada 899 orang preman yang dibina. Mereka adalah orang asli Bali dan beberapanya berasal dari luar Bali. Kemudian ada 65 orang yang disidik karena melakukan berbagai tindakan kekerasan dan kriminal lainnya.
Selama ini pihaknya sudah melakukan mapping wilayah rawan premanisme, melakukan penindakan terhadap para pelaku premanisme, melakukan kerja sama dengan instansi terkait untuk memberantas premanisme seperti SatPol PP, Linmas, Pecalang dan sebagainya.