Jumlah Perokok Dewasa Indonesia Bertambah 8,8 Juta dalam 10 Tahun

Diseminasi Studi Perkembangan Rokok Elektrik dan Upaya Berhenti Merokok di Bali yang di gelar secara daring dan luring di Ruang Sidang Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Lantai 4 Gedung Barat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Kamis (30/11/2023).

DENPASAR, BERITADEWATA – Jumlah perokok dewasa di Indonesia terus meningkat selama sepuluh tahun terakhir. Berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) Tahun 2021 yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terjadi penambahan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021.

Pada Tahun 2020 persentase merokok pada penduduk umur di atas 15 tahun mencapai 28,69% meningkat menjadi 28,96% di tahun 2021. Persentase ini hanya sedikit menurun menjadi 28,26% di tahun 2022. Di Bali, persentase merokok pada penduduk umur di atas 15 tahun 2021 mencapai 19,58% kemudian sedikit menurun di tahun 2022 menjadi 17,91%.

Hal ini disampaikan Ketua Udayana CENTRAL, dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, PhD saat membuka kegiatan Diseminasi Studi Perkembangan Rokok Elektrik dan Upaya Berhenti Merokok di Bali yang di gelar secara daring dan luring di Ruang Sidang Prof. dr. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah, Lantai 4 Gedung Barat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Kamis (30/11/2023).

Ketua Udayana CENTRAL, dr. Putu Ayu Swandewi Astuti, MPH, PhD

Menurut Ayu, selain rokok konvensional, tren rokok elektrik kini menjadi salah satu ancaman besar bagi peningkatan perilaku merokok, khususnya di kalangan remaja. Prevalensi penggunaan rokok elektronik (elektrik) pada orang dewasa di Indonesia meningkat 10 kali dari 0.3% pada tahun 2011 menjadi 3.0% pada tahun 2021 (GATS 2021).

“Prevalensi penggunaan rokok elektronik di Bali 4,2% lebih besar dari rata-rata nasional 2,8%. Berdasarkan Data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 di Indonesia, penggunaan rokok elektronik pada usia remaja justru angkanya lebih tinggi. Pada remaja di Indonesia usia 10 hingga 18 tahun angkanya 10.9%, sedangkan di Bali usia 10 hingga 18 tahun presentasenya sebesar 20,18%,” ujarnya.

Menururtnya, perilaku merokok telah diketahui menjadi salah satu penyebab menurunnya kualitas hidup manusia, baik dari segi kesehatan dan ekonomi yang kemudian berpengaruh pada produktivitas.

“Upaya pengendalian tembakau harus terus dilakukan. Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Udayana Central dalan upaya mengendalikan tembakau seperti pembentukan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), Evaluasi dan Monitoring Kebijakan KTR, Workshop dan Sosialisasi Kebijakan terkait KTR, dan lain sebagainya,” imbuhnya.

Ayu menjelaskan, berbagai program masih terus dilakukan untuk menekan perilaku merokok. Selain program tersebut, Udayana Central juga melakukan berbagai penelitian, yang bertujuan untuk mengevaluasi program yang sudah berjalan maupun menggali informasi terkini tentang perkembangan rokok konvensional maupun elektrik.

“Data hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun strategi berkelanjutan dalam upaya pengendalian tembakau,” jelasnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here