BeritaDewata.com, Tabanan – Manajer Operasional Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan I Nengah Sutirtayasa mengatakan, DTW Jatiluwih akan menggelar Agricultural Festival yang pertama dan satu-satunya di Bali di DTW Jatiluwi. Menurutnya, keunikan festival ini adalah festival yang berbasiskan budaya pertanian yang dihidupi oleh masyarakat Jatiluwih dengan budaya agrarisnya.
“Seperti yang kita ketahui bahwa DTW Jatiluwi sudah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia (WBD) oleh UNESCO dengan keunikan subaknya. Namun hingga saat ini belum ada kekhasan yang menjadi branding areal yang memukau dunia tersebut. Kami dari manajemen DTW merancang sebuah festival secara berkelanjutan yang disebut dengan Agricultural Festival Jatiluwih,” ujarnya Rabu (7/6).
Keunikan dari festival ini antara lain adalah menampilkan budaya pertanian yang sudah dihidupi oleh masyarakat Jatiluwih berabad-abad lamanya. “Jadi yang ditampilkan dalam festival tersebut adalah budaya pertanian yang sudah dihidupi oleh masyarakat Jatiluwih. Soal bagaimana masyarakat menanam padi, memanen, membuka air, dan seterusnya. Inilah budaya pertanian yang sesungguhnya. Makanya ini merupakan festival pertama di Bali yang mengusung tema budaya pertanian,” ujarnya. Manajemen DTW Jatiluwih akan menggelar festival tersebut secara berkelanjutan bertempat di Jatiluwih yang saat ini sudah ditetapkan sebagai WBD sejak tahun 2012 lalu.
Dalam festival tersebut, berbagai parade budaya pertanian akan ditampilkan. Partisipasi masyarakat di dua desa adat yakni Desa Adat Jatiluwih dan Desa Adat Gunung Sari yang terdiri dari 7 tempekan dilibatkan secara penuh. Berbagai atraksi dan pawai budaya akan ditampilkan secara penuh selama sehari yakni tanggal 16 Juni 2017. Selain itu, juga ditampilkan beberapa kuliner lokal Jatiluwih selama tiga hari berturut-turut.
“Kuliner lokal itu merupakan bagian dari kebudayaan dan bahan bakunya berasal dari budaya pertanian Jatiluwih dan Penebel umumnya. Inilah cirikhas lokal, berbahan baku lokal yang harus dilestarikan,” ujar Camat Penebel I Gusti Ayu Nyoman Supartiwi. Untuk pameran kuliner, akan dilakukan selama tiga hari berturut-turut mulai tanggal 16 hingga 18 Juni 2017.
Menurutnya, beberapa produk kuliner lokal yang lahir dari masyarakat Jatiluwih akan dipromosikan secara bekelanjutan. Selanjutnya akan diupayakan untuk dipatenkan sehingga menjadi produk asli ciptaan komunitas Jatiluwih. Ada dua produk asli, yakni the beras merah Jatiluwih dan Bubur Sun-Sun Beras Merah. Kedua produk itu bahan bakunya berasal dari beras merah yang berasal dari sawah Jatiluwih yang saat ini sudah menjadi WBD.