Inovasi Pertanian dan Perubahan Gaya Konsumsi Jadi Kunci Cegah Limbah Makanan

Prof. Ir. Irawati Chaniago, RurSc., PhD dari Universitas Andalas

DENPASAR, BERITA DEWATA – Upaya mengurangi food waste harus dilakukan secara sistematis dengan pendekatan inovatif dan kolaboratif. Pengolahan limbah makanan menjadi sumber daya baru seperti pupuk organik, pakan ternak, hingga energi terbarukan dinilai menjadi solusi potensial dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan.

Menurut Dr. I Nengah Muliarta, beberapa metode pemanfaatan limbah makanan yang bisa dilakukan antara lain adalah pengomposan, biokonversi menggunakan serangga seperti maggot, serta inovasi dalam ekonomi sirkular.

“Konsep ekonomi sirkular penting untuk meminimalkan limbah dan memaksimalkan pemanfaatan ulang sumber daya. Limbah bisa jadi pupuk, pakan, atau bahkan energi alternatif,” ungkapnya.

Sementara itu, Prof. Ir. Irawati Chaniago, RurSc., PhD dari Universitas Andalas mengungkapkan bahwa pada tahun 2050, dunia diperkirakan membutuhkan 70 persen kalori lebih banyak untuk menghidupi 9,6 miliar manusia. Dalam konteks ini, perubahan pola konsumsi menjadi hal krusial.

“Tantangan besar ke depan adalah bagaimana kita bisa menjaga produktivitas pertanian sekaligus melestarikan lingkungan. Limbah pangan saat ini mencapai 1,3 miliar ton per tahun dengan kerugian ekonomi hingga 1 triliun dolar AS,” kata Irawati.

Ia juga menyoroti ancaman konversi lahan terhadap produksi pangan dan kontribusinya terhadap perubahan iklim global.

Dekan Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi Universitas Warmadewa, Prof. Dr. Ir. Luh Suriati, M.Si., menekankan pentingnya penguatan pendidikan dan kesadaran lingkungan dalam membentuk generasi pertanian berkelanjutan.

“Zero waste bukan hanya soal mengurangi limbah, tapi juga soal menciptakan sistem pertanian yang efisien dan ramah lingkungan,” ujarnya.

Menurut Suriati, mahasiswa perlu dibekali pemahaman praktis tentang pertanian modern, inovasi pangan, dan strategi keberlanjutan agar dapat berkontribusi langsung dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

Ia berharap webinar ini tidak hanya meningkatkan wawasan akademik, tetapi juga membuka ruang kolaborasi dan inovasi antar generasi muda.

“Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor, kita bisa temukan solusi nyata untuk tantangan pangan masa depan,” tutupnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here