JAKARTA – Ketua Satuan Tugas Pertemuan IMF World Bank 2018 Peter Jacobs menjelaskan, saat ini Indonesia telah menerima sekitar 4 ribu pesanan paket wisata dari para peserta pertemuan IMF-World Bank di tahun 2018 nanti. Ribuan pesanan paket wisata itu merupakan hasil promosi yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia di Washington DC Amerika baru baru ini.
“Saat ini sudah ada 4 ribu pesanan paket wisata yang akan dilakukan selama pertemuan IMF-World Bank di Bali. Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah karena banyak delegasi di IMF-World Bank yang membawa serta keluarganya, stafnya. Ada juga para CEO dari berbagai perusahan raksasa yang membawa pegawainya dan keluarganya. Jadi jumlah ini terus bertambah,” ujarnya di Jakarta, Selasa (21/11).
Menurut Peter, ribuan paket itu bukan hanya berada di Bali sekalipun mayoritas berada di Bali. Ribua paket wisata tersebar di 26 titik dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa di antaranya Mandalica Lombok, Labuanbajo, Borobudur, Banyuwangi, Tanjung Lesung, Toba dan Toraja dan beberapa titik lainnya.
Bali sebagai tuan rumah tentu saja mendapatkan porsi yang lebih besar dan mendapatkan kunjungan yang lebih banyak. Saat ini Bali terus melakukan pembenahan destinasi pariwisata yang akan dikunjungi oleh para delegasi dan keluarganya. Sebagian besar hotel di kawasan Nusa Dua dan sekitarnya saat ini sudah full booking bagi para peserta.
Banyaknya pesanan paket wisata ini merupakan salah satu serapan uang dari IMF yang langsung dinikmati masyarakat bawah. Ia berharap, pembenahan destinasi ini bukan hanya terjadi di Bali, tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia.
Saat ini sudah terkonfirmasi sekitar 17 peserta yang hadir dalam pertemuan IMF-World Bank. Pertemuan dijadwalkan pada 12-14 Oktober untuk pertemuan intinya. Namun sebelum dan sesudah pertemuan itu, akan ada banyak pertemuan dengan jumlah kira-kira 2 ribu presentasi, pertemuan B to B, G to G dan berbagai pertemuan lainnya.
Banyaknya sessie pertemuan itu diperkirakan para peserta akan lama tinggal di Bali. Dan kondisi ini menguntungkan Indonesia karena semakin lama orang tinggal di Bali akan semakin banyak uang yang dibelanjakan di Bali.