Nusa Dua – Konferensi internasional tentang kelapa sawit dan lingkungan atau International Conference on Oil Palm and the Environment (ICOPE) 2018 yang ke 6 digelar di Nusa Dua Bali, Rabu (25/4).
ICOPE kali ini menghadirkan solusi peningkatan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan pendekatan sains dan teknologi. Lebih dari 400 peserta dari 30 negara berkumpul di Nusa Dua, Bali berdiskusi dan berbagi pengalaman untuk menghadirkan solusi berkelanjutan melalui sains dan teknologi.
Chairman ICOPE 2018 JP Caliman, menjelaskan, selama 11 tahun sejak dimulai pada 2007, ICOPE tetap teguh dalam menangani isu-isu dampak lingkungan dari produksi minyak sawit. ICOPE telah mendapatkan pengakuan global dalam komunitas ilmiah sebagai sumber daya yang berguna dan tidak bias untuk hal-hal yang berkaitan dengan produksi minyak sawit dan keberlanjutan. ICOPE adalah satu-satunya konferensi internasional yang didedikasikan untuk kelapa sawit dan lingkungan dengan jumlah peserta sebesar itu.
“ICOPE dimulai 11 tahun yang lalu oleh tiga mitra yang berbagi nilai yang sama untuk tujuan mencapai keberlanjutan industri kelapa sawit, bersemangat untuk bekerja dalam kolaborasi, dan merengkuh kepercayaan dalarn sains,” ujarnya.
Ketiga mitra yakni WWF Indonesia, CIRAD- France, dan Sinar Mas Agribusiness and Food merupakan pemimpin di industrinya masing-masing. WWF berperan dalam mengidentifikasi isu-isu lingkungan dan mengadvokasi solusi, CIRAD berperan memvalidasi relevansi ilmiah dan ketahanan solusi, dan Sinar Mas Agribusiness and Food menguji kelayakan operasional solusi.
“Keberhasilan ICOPE dalam perkembangannya selama 11 tahun tidak lepas dari dukungan berkelanjutan dari pemerintah Indonesia. Kami percaya ini adalah kunci yang berkontribusi terhadap keberhasilan ICOPE. Pada penyelenggaraan ICOPE 2018, pemerintah Prancis melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta dan Singapura bersedia bergabung. Dan kedepannya kami berharap mendapatkan lebih banyak lagi partisipasi dari pemerintahan tambahan di tahun tahun mendatang,” paparnya.
Tidak hanya dukungan yang konsisten dari pemerintah, ICOPE juga didukung oleh beberapa badan sertifikasi seperti RSPO dan ISPO, yang menyambut inisiatif untuk keberlanjutan industri kelapa sawit. Tema konferensi 2018 ini yakni “Embracing Sustainable Palm Oil: Solutions for Local Production and Global Change” bertujuan mencari solusi yang berkontribusi terhadap perubahan global dari tren atau risiko negatif saat ini, dengan tetap mendukung usaha para petani dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Franky Oesman Widjaja, Chairman and CEO, Sinar Mas Agribusiness and Food, menambahkan ICOPE 2018 juga bertujuan untuk membahas masa depan industri kelapa sawit. Komunitas global semakin mempertanyakan sektor kelapa sawit tentang kemampuannya untuk menghentikan deforestasi, menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat dan berkontribusi untuk memberi makan populasi dunia yang terus tumbuh secara berkelanjutan.
“Selama ICOPE 2018, saya yakin kita bisa bersama-sama menunjukkan kepada dunia apa yang sudah kita lakukan dan bagaimana masa depan yang berkelanjutan untuk kelapa sawit. Untuk mencapai kesuksesan seluruh pihak yakni akademisi, pemain industri, pemerintah, konsumen, anggota masyarakat, LSM dan ilmuwan harus bersatu dan selaras pada pemahaman dan tujuan bersama,” katanya.
Menurut Franky, keberlanjutan hanya dapat dicapai ketika ada keseimbangan antara peluang ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Masalah ini menjadi kunci dari sektor kelapa sawit berkelanjutan dan merupakan komponen kunci dari tema untuk ICOPE 2018 yakni Solusi untuk Produksi Lokal.
Pembicara dari konferensi tahun ini berasal dari berbagai belahan dunia, seperti Amerika Serikat, Swiss, Nigeria, Malaysia, Perancis, Finlandia, Australia, Inggris, Denmark, Kolombia, Belanda, Taiwan, dan banyak lagi. Beberapa pembicara utama adalah Pascale Bonzom dari UNDP Panama, Lenaic Pardon dari Perancis, Data Makhdzir Mardan dari CPOC Malaysia, lamesy Fry dari LMC International, Michael Bucki dari Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia, Andreas Feige dari ISCC dan Tiur Rumondang dari RSPO Indonesia.