Buleleng – Nasib para petani lokal di ibaratkan “Besar Pasak Daripada Tiang” pergolakan harga atau naik turunnya harga cabe, yang terjadi pada petani tetap saja merugi. Ada yang mengukapkan harga cabe bagi petani lokal tak sepedas rasanya. Seperti cabe besar dan cabe kecil yang dipelihara mulai bulan April 2017, belum menunjukan adanya harga yang dapat menguntungkan para petani lokal.
“Saat ini harga cabe di beli dengan harga Rp. 8000, masih tinggi dibandingkan pada 4 bulan sebelumnya yakni hanya Rp. 6000. Tapi harga tersebut belum bisa menutupi oprasional pemeliharaan seperti yang saya kelola disini seluas 80 Are,” ungkap Komang Suar(31) Salah seorang petani cabe besar jenis Lombok asal desa Panji Anom Buleleng. Ditemui, Minggu, 8 Oktober 2017.
Dijelaskan, dengan jumlah lahan seluas ini, dengan harga tersebut jelas hasilnya pasti rugi. “iya mau bagai mana, tak dipetik malah tambah rugi, lihat saja cabenya sudah pada kering dipohon, yang bisa saya petik, saya jual saja dari pada tidak dapat hasilnya sama sekali,” keluhnya.
Banyak kendala saat penanaman, terkadang diserang hama dan tingkat kepanasan cuaca terlalu tinggi juga menjadi kendala tersendiri, ditambah dengan mebanjirnya cabe dari luar Bali yang masuk di pasaran. ”Kami berharap ada perhatian khusus dari pemerintah, kami sudah berusaha untuk bisa mengelola dan bertani cabe, mohon ada perhatian dan kontrol dari pemerintah agar para petani tidak terus merugi.” Pungkasnya.
Ditempat terpisah, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Buleleng, Suparto mengaku rutin melakukan pengawasan terkait harga jual dan beli cabe dari kalangan petani lokal. “Kita didinas tetap melakukan monitor harga dipasaran dan kita lakukan setiap minggu sekali agar jangan sampai harga dipasar terlalu tinggi, dan pembelian di petani tidak terlalu rendah,” ungkapnya, di Buleleng, Minggu, 8 Oktober 2017.
Menurutnya, Sampai sejauh ini, belum ada keluahan secara langsung dari petani terkait harga. Dengan adanya pasokan cabai dari luar pulau Bali, berdampak pada penurunan harga lokal. “Ini menguntungkan bagi konsumen tetapi bagi petani itu relatif,” imbuhnya. Ia menegaskan, pasaran harga cabe kecil atau besar masih dalam pantauan aman, “Sejauh ini kita pantau, kisaran harga Rp 18.000 dan 20.000 untuk cabe kriting,” jelasnya.
Namun pihaknya, tidak memungkiri apa yang terjadi dilapangan masih ada permainan harga terutma dari para tengkulak yang langsung beli ke para petani. “Kita akan secepatnya bina para petani, biar tidak dipermainkan oleh para pembeli atau tengkulak. Biasanya masih ada para tengkulak nakal, yang sengaja menimbun cabe, saat cabe langka, harga dinaikan,” imbuhnya.
Mengatasi hal seperti itu, para petani haris kompak, para petani harus memiliki kelompok tani untuk bisa mengontrol harga cabe, “dalam hal ini kita akan kordinasikan untuk bisa turun langsung ke pertanian supaya cabe di tingkat produsen dan konsumen stabil harganya.” imbuhnya.