Hadirkan Para Pelaku Usaha, BDF Ke-11 Mengerucut pada Kemajuan Ekonomi dan Kejahteraan Masyarakat

Bali Democrazy Forum (BDF)

Nusa Dua – Bali Democrazy Forum (BDF) ke-11 resmi dibukan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di Nusa Dua Bali, Kamis (6/12). Pembukaan BDF yang didahului dengan gempa berkekuatan 5,7 SR tersebut tidak menyurutkan semangat ratusan peserta dari 97 negara, dan7 organisasi internasional yang sejak pagi menunggu dalam ruangan.

Dalam arahannya, Menlu menegaskan, BDF kali ini sama seperti BDF sebelumnya yakni sebagai forum bertukar pengalaman dan saling belajar. “Kita sengaja memakai format lama untuk diskusi secara interaksi. Selama 10 tahun pertama BDF telah berkontribusi, mempromosikan nilai-nila demokrasi. Indonesia terus berupaya untuk menghilangakan ketimpangan, mereduksi kesenjengan sosial. Makan tema BDF ke-11 adalah “Democrazy for Prosperity”, yakni demokrasi yang membangun kesejahteraan untuk semua orang,” ujarnya.

Oleh karena BDF kali ini mengerucut pada pembangunan ekonomi dan mereduksi kesenjangan sosial maka menurut Menlu, untuk pertama kalinya BDF menghadirkan pelaku usaha dalam membangun kesejahteraan.

“Kita sadar adanya tantangan baru, dimana demokrasi menjjadi alat untuk mereduksi kesenjangan bagi semua orang. Demokrasi memberi kesempatan untuk kemajuan ekonomi politik secara seimbang,” ujarnya.

Diskusi dalam dua hari ini akan digunakan untuk melihat bagaimana demokrasi membangun kesejahteraan untuk semua tanpa mengurangi sifat keberlanjutan dari pembangunan ekonomi tersebut.

“Untuk pertama kalinya BDF tahun ini kita menghadirkan para pelaku usaha di diskusi panel. Para pengusaha itu membagi pengalaman tentang bagaimana demokrasi dapat menunjang kesuksesan bisnis yang dijalankan dan bagaimana kontribusi mereka terhadap kemajuan demokrasi. Untuk memperdalam pembahasan, dihadirkan para akademisi yang akan mencoba menjawab sub tema “making democatic institution and inclusive prosperity sustainable and technology inovation and the future prosperity”. Jadi akan dua sub tema yang dibahas dalam BDF kali ini,” ujarnya.

Selain itu, pada BDF tahun ini akan diselenggarakan secara paralel Bali Democarzy Student Conference (BDFC) yang ke-2 dan Bali Civil Society and Media Forum (BCSF). Tujuannya adalah agar pembahasan demokrasi dilakukan secara inklusif dan komprehensif dari sudut pandang yang beragam. Dalam BDFC, BDF ke-11 melibatkan kaum muda. Untuk para pelajar, anak-anak muda, pelajar, mereka adalah pilar demokrasi masa depan, agar mereka tidak apatis terhadap demokrasi.

“Kita memerlukan energi para kaum milenial untuk melanjutkan pilar demokrasi,” ujarnya. Sedangkan untuk BCSMF dilakukan untuk mengulas peran masyarakat madani dan media sebagai penyeimbang dan komplemen proses tumbuh kembang demokrasi. Tahun ini juga telah diselenggarakan BDF Chapter Berlin dan tahun 2017 lalu juga sudah diselenggarakan BDF Chpater Tunish.

“Kenapa kita selenggarakan itu karena untuk memberikaan kesempatan untuk tukar pikiran tentang demokrasi dan tantangannya, tidak hanya di kawasan Asia Pasifik tetapi di kawasan lainnya secara global dengan tujuan untuk memperkaya demokrasi itu sendiri,” ujarnya.

Menurut. Retno, kunci suksesnya demokrasi adalah inklusifitas. “Inti demokrasi adalah inklusifitas, dapat diakses dan dinikmati oleh semua. Tidak ada yang dimarjinalkan karena kohesi sosial terbentuk untuk kesejahetraan bagi semua orang. BDF ini forum berbagi pengalaman. Karena tidak ada demokrasi di suatu negara yang tidak rentan terhadap kemunduran. Keberlangsungan demokrasi harus terus dipertahkan melalui saling belajar,” ujarnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here