DENPASAR, BERITA DEWATA – Gubernur Bali Wayan Koster memberikan apresiasi tinggi kepada PT Hatten Bali Tbk atas komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan Bali.
Komitmen ini diwujudkan melalui penandatanganan kerja sama dengan berbagai pihak yang peduli terhadap isu lingkungan, termasuk PT Nusa Solar sebagai penyedia solar panel, komunitas MaluDong, dan PT Bersih Dari Sampah.
Penandatanganan tersebut berlangsung di Private Dining Room Hatten Wine, Jalan Bypass Ngurah Rai, Sanur, Denpasar, Senin (21/4), dan turut disaksikan langsung oleh Gubernur Koster.
Menurutnya, langkah ini sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Bali dalam mewujudkan pulau yang bersih dari sampah plastik dan mandiri secara energi melalui pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Salah satu upaya konkret yang telah dilakukan adalah penerbitan Surat Edaran (SE) Nomor 9 Tahun 2025 tentang Gerakan Bali Bersih Sampah, yang antara lain melarang peredaran air minum kemasan di bawah satu liter.
“Di periode ini, saya akan kebut program-program penting: dari penanganan sampah dari hulu ke hilir, pelarangan penggunaan plastik sekali pakai, hingga percepatan pemanfaatan energi terbarukan. Pandemi sempat menghambat realisasi di periode sebelumnya, tapi kini waktunya kita gas penuh,” tegas Gubernur asal Desa Sembiran itu.
Ia juga menegaskan bahwa pelarangan air minum kemasan kecil bukanlah kebijakan populis, melainkan langkah tegas untuk mengurangi sampah plastik. Meskipun banyak protes dari pelaku industri, dirinya tetap akan melanjutkan kebijakan tersebut.
“Tidak adil kalau mereka hanya ambil untung tanpa bertanggung jawab terhadap limbahnya, sementara komunitas seperti MaluDong yang harus turun tangan tanpa dibayar. Ini yang harus kita luruskan,” imbuhnya.
Targetnya, hingga Desember 2025, seluruh produsen harus menghentikan distribusi air minum kemasan di bawah satu liter. Per Januari 2026, produk tersebut tidak boleh lagi beredar di Bali. Ia menekankan, program ini akan dia kawal langsung.
Terkait energi terbarukan, Gubernur Koster mendorong agar Bali menjadi pulau yang sepenuhnya menggunakan energi ramah lingkungan. Selain menjaga kualitas udara dan lingkungan, hal ini juga penting untuk mewujudkan kemandirian energi bagi Bali.
“Lingkungan yang bersih akan membuat wisatawan nyaman. Bali adalah wajah Indonesia di mata dunia. Maka komitmen ini harus jadi gerakan bersama, bukan hanya tanggung jawab pemerintah,” ujarnya, sembari berharap lebih banyak perusahaan mengikuti jejak PT Hatten Bali Tbk.
Presiden Direktur PT Hatten Bali Tbk, Ida Bagus Rai Budiarsa, menyampaikan keprihatinannya terhadap permasalahan sampah yang kompleks di Bali. Bahkan, media asing sempat menyorot Bali sebagai destinasi yang tidak layak dikunjungi pada tahun 2024 karena persoalan ini.
“Kami tidak ingin menjadi bagian dari masalah. Kami membangun Teba Modern untuk mengolah sampah organik dan bekerja sama dengan PT Bersih Dari Sampah untuk sampah residu. Target kami, sampah dari PT Hatten Bali Tbk tidak lagi dibuang ke TPA,” jelasnya.
Founder Komunitas MaluDong, Komang Sudiarsa, menyoroti pentingnya edukasi masyarakat, terutama anak-anak, dalam mengubah perilaku terhadap sampah. Sejak berdiri tahun 2009, komunitas ini terus aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memilah dan mengolah sampah.
“Kami sangat butuh dukungan dari pemerintah agar bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan komunitas. Edukasi adalah kunci,” ujarnya penuh semangat.
Sementara itu, perwakilan dari PT Bersih Dari Sampah, AA Dewi Andayani, menyatakan pihaknya berkomitmen untuk membangun sistem pengelolaan sampah berkelanjutan melalui TPS3R dan pengolahan sampah residu tanpa polusi. Menurutnya, pemilahan sampah dari sumber secara konsisten adalah langkah penting untuk menyelamatkan alam Bali.
“Semua pihak harus terlibat. Hanya dengan kesadaran kolektif, kita bisa menyelamatkan Bali,” tutupnya.