DENPASAR, BERITADEWATA – Gubernur Bali, Wayan Koster mengucapkan apresiasi dan terima kasih, karena Bali dipilih sebagai tempat pelaksanaan pertemuan Side Event G20 Indonesia, 3rd Development Working Group Meeting dengan tema ‘Transforming the Economy Towards a Resilience and Sustainable Growth’ yang diselenggarakan oleh Kementrian PPN / Bappenas RI dan di BNDCC, Nusa Dua, Badung pada, Senin 8 Agustus 2022.
Pertemuan yang sangat penting dan sebagai bagian acara pendahuluan dari rangkaian pertemuan Presidensi G20, serta berkontribusi langsung dalam upaya pemulihan pariwisata dan perekonomian Bali ini dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas RI, Suharso Monoarfa, Sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI, Taufik Hanafi, hingga narasumber dari mantan Menteri Perencanaan Venezuele (1992-1993), Racardo Hausmann, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan RI (2009-2014), Armida Alisjahbana, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan RI (1998-1999) dan Wakil Presiden RI (2009-2014), Bapak Budiono, dan mantan Menteri Perencanaan Pembangunan RI (2016-2019) serta mantan Menteri Riset dan Inovasi RI (2019-2021), Bambang Brodjonegoro.
Dalam sambutannya, Gubernur Bali menyampaikan dalam upaya melakukan Transformasi Ekonomi Bali akibat Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung lebih dari dua tahun yang sangat berdampak pada seluruh sendi kehidupan terutama sektor perekonomian.
Dimana dari 34 provinsi di Indonesia, Provinsi Bali mengalami kontraksi ekonomi terdalam dan terlama akibat Pandemi COVID-19. Hal ini disebabkan karena lebih dari 54% perekonomian Bali bergantung pada sektor pariwisata.
Kata Wayan Koster, sektor pariwisata sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal, yaitu: gangguan keamanan, bencana alam, dan bencana non alam seperti munculnya Pandemi COVID-19 yang melanda hampir semua negara di dunia.
“Kejadian yang menimpa sektor pariwisata ini, berdampak langsung yang mengakibatkan perekonomian Bali terpuruk, mengalami kontraksi pertumbuhan sangat dalam, sebesar -9,31%,” jelas orang nomor satu di Pemprov Bali ini.
Bertitik tolak dari pengalaman tersebut, sudah saatnya Bali menata ulang perekonomiannya untuk menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali. Kembali kepada keorisinilan dan keunggulan sumber daya lokal meliputi Alam, Manusia, dan Kebudayaan Bali terutama di sektor pertanian, sektor kelautan dan perikanan, dan sektor industri kerajinan rakyat berbasis budaya branding Bali.
Pariwisata diposisikan sebagai sumber tambahan (bonus/benefit) dalam perekonomian Bali yang harus dikelola agar berpihak terhadap sumber daya lokal Bali. Selain itu, hendaknya pengembangan perekonomian Bali mengakomodasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) termasuk teknologi digital yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi kreatif dan digital. Perkembangan IPTEK juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian agar berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan.
Ketidakseimbangan struktur dan fundamental perekonomian Bali mengakibatkan perekonomian Bali: di satu pihak, sangat tergantung dan sangat rentan terhadap perubahan faktor eksternal; di pihak lain, pertumbuhan kapasitas ekonomi Bali kurang berkembang secara optimal. Guna memperkuat dan menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali diperlukan suatu konsep ekonomi yang komprehensif, yaitu Ekonomi Kerthi Bali.
Ekonomi Kerthi Bali merupakan implementasi visi Pembangunan Bali “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju BALI ERA BARU. Visi tersebut untuk mewujudkan keseimbangan/ keharmonisan Alam Bali, Manusia Bali, dan Kebudayaan Bali sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi, yaitu enam sumber utama kesejahteraan/kebahagiaan kehidupan manusia meliputi:
1. Atma Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Atman/Jiwa;
2. Segara Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Pantai dan Laut;
3. Danu Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Sumber Air;
4. Wana Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Tumbuh-tumbuhan;
5. Jana Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Manusia; dan 6. Jagat Kerthi, Penyucian dan Pemuliaan Alam Semesta.
Ekonomi Kerthi Bali adalah ekonomi untuk mewujudkan Bali Berdikari dalam Bidang Ekonomi, dibangun dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai filosofi Sad Kerthi dengan menerapkan 11 (sebelas) prinsip, yaitu: 1) Ekonomi yang dikembangkan dari sikap mensyukuri/memuliakan kekayaan, keunikan, dan keunggulan sumber daya lokal Alam Bali beserta Isinya sebagai anugerah dari Hyang Pencipta; 2) Ekonomi yang dikembangkan sesuai potensi sumber daya lokal Alam Bali beserta isinya; 3) Ekonomi yang dikembangkan oleh Krama Bali secara inklusif, kreatif, dan inovatif; 4) Ekonomi yang dikembangkan berbasis nilai-nilai adat, tradisi, seni, budaya, dan kearifan lokal Bali; 5) Ekonomi yang dikembangkan dengan menjaga ekosistem Alam dan Budaya secara berkelanjutan; 6) Ekonomi yang dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian lokal Bali, berkualitas, bernilai tambah, dan berdaya saing; 7) Ekonomi yang dikembangkan dengan mengakomodasi penerapan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknologi digital; 8) Ekonomi yang memberi manfaat nyata guna meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara Niskala-Sakala; 9) Ekonomi yang dibangun dengan asas gotongroyong; 10) Ekonomi yang dibangun untuk meningkatkan ketangguhan menghadapi dinamika perkembangan zaman secara lokal, nasional, dan global; dan 11) Ekonomi yang menumbuhkan spirit jengah dan cinta/bangga sebagai Krama Bali.
Ekonomi Kerthi Bali memiliki 6 Sektor Unggulan, yaitu: 1) Sektor Pertanian dalam arti luas termasuk Peternakan dan Perkebunan dengan Sistem Pertanian Organik; 2) Sektor Kelautan dan Perikanan; 3) Sektor Industri Manufaktur dan Industri Berbasis Budaya Branding Bali; 4) Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi; 5) Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital; 6) Sektor Pariwisata, yaitu: pariwisata berbasis budaya, berorientasi pada kualitas, dan bermartabat.
Ekonomi Kerthi Bali merupakan konsep ekonomi yang harmonis terhadap alam, hijau/ramah lingkungan, menjaga kearifan lokal, berbasis sumber daya lokal, berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, tangguh, dan berkelanjutan.
Selain itu, Ekonomi Kerthi Bali merupakan konsep dengan paradigma baru untuk mewujudkan tatanan kehidupan perekonomian sebagai Penanda BALI ERA BARU, diharapkan menjadi arus utama dalam perubahan tatanan ke dunia global.
Dengan pola pembangunan perekonomian melalui Ekonomi Kerthi Bali akan terjadi keterhubungan langsung antar Sektor Unggulan, menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru, meningkatkan kapasitas perekonomian Bali, menyeimbangkan struktur dan fundamental perekonomian Bali, sehingga secara nyata memberi manfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kebahagiaan Krama Bali secara Sakala-Niskala.
”Penerapan konsep Ekonomi Kerthi Bali akan berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap upaya penurunan emisi karbon,” jelas Gubernur Bali asal Desa Sembiran, Buleleng ini.
Konsep pembangunan Ekonomi Kerthi Bali digunakan sebagai acuan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / BAPPENAS dalam menyusun program Transformasi Ekonomi Bali melalui Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali menuju Bali Era Baru: “hijau, tangguh, dan sejahtera”.
Dengan pelaksanaan transformasi ini akan terwujud perekonomian Bali yang Hijau, yaitu ramah lingkungan dan berkelanjutan; Tangguh, yaitu memiliki daya tahan terhadap krisis dan guncangan eksternal, bernilai tambah tinggi, dan berdaya saing; Sejahtera, yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat, baik sebagai pelaku usaha maupun penerima manfaat dari proses pembangunan tersebut, dengan kondisi yang adil dan merata.
Peta Jalan Transformasi Ekonomi Bali telah diluncurkan secara resmi oleh Yang Mulia, Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo pada tanggal 3 Desember 2021.
“Peta Jalan ini menjabarkan strategi dan rencana aksi pemulihan ekonomi jangka pendek dan strategi transformasi perekonomian Bali dalam jangka menengah-panjang. Disamping juga menata kembali perekonomian Bali dengan prinsip memanfaatkan berbagai sumber daya lokal Bali baik alam, manusia dan budayanya, secara optimal dan berkelanjutan,” tambah Gubernur Bali jebolan ITB ini seraya menyatakan ada dua tahapan yang akan dicapai dalam transformasi ekonomi Bali yaitu; Tahap Pemulihan Ekonomi dan Tahap
Transformasi Ekonomi. Kedua tahapan tersebut dituangkan dalam
“road map” atau Peta Jalan Transformasi Ekonomi Bali dalam bentuk Rencana Aksi Pemulihan Ekonomi Jangka Pendek dan Strategi Transformasi Perekonomian Bali dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Langkah Pemulihan Ekonomi jangka pendek dilakukan terutama untuk mengembalikan kegiatan ekonomi, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja dan mengembalikan kesejahteraan masyarakat Bali.
Sementara itu, Transformasi Ekonomi Bali adalah proses pembangunan ekonomi yang memiliki dampak jangka Panjang, yang mencakup enam strategi besar dan dijalankan dengan berbagai program pembangunan, yaitu: 1) Bali Pintar dan Sehat; 2) Bali Produktif; 3) Bali Hijau; 4) Bali Terintegrasi; 5) Bali Smart Island; dan 6) Bali Kondusif.
Mengakhiri sambutannya, Gubernur Bali, Wayan Koster menyatakan Kami mendapat dukungan penuh dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dalam implementasi Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh Dan Sejahtera, dalam kerangka terwujudnya cita-cita Indonesia Maju Tahun 2045.
“Pada kesempatan ini, Saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak Menteri serta seluruh jajaran atas segala komitmen dan dukungan kuat yang telah diberikan untuk kemajuan Bali,” pungkasnya.