DENPASAR – Gubernur Bali Made Mangku Pastika ikut menghadiri perayaan Natal dan Tahun Baru Bersama Perhimpunan Jurnalis (PENA) asal NTT yang digelar di Gedung Wanita Narigraha Denpasar, Sabtu malam (20/1/2018). Pada kesempatan itu Pastika didampingi oleh Uskup Denpasar Mrg DR Silvester San, Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali I Nengah Tamba, Ketua Ombudsman RI Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab, dua perwakilan dari Kemendikbud, para politisi dari beberapa partai politik, para dosen dan akademisi dari NTT.
Dalam sambutannya, Gubernur Pastika sangat mengpresiasi kinerja seluruh anggota PENA NTT karena telah menunjukkan keseriusannya dalam membangun Bali dan NTT melalui tulisannya sebagai seorang jurnalis. “Saya sangat mengapresiasi dan bergembira pada malam hari ini, disamping kita mensyukuri disamping kita sudah melewati tahun 2017 dengan baik, kita juga sudah diberikan tadi petuah, kotbah natal oleh Yang Mulia Bapa Uskup, betapa pentingnya perdamian dan sukacita bagi kita umat manusia,” ujarnya.
Pastika juga mengapresiasi PENA NTT yang beranggotakan hampir 40 wartawan. Mereka berasal dari berbagai daerah di NTT yang bermukim di Bali dan bekerja hampir di seluruh media di Bali baik cetak, online dan televisi baik media lokal maupun media nasional. “Saya juga mengapresiasi kepada PENA NTT, yang telah membentuk satu komunitas kecil di antara Krama Bali.
Saya meminta komunitas-komunitas kecil berbasiskan profesi ini penting sekali untuk berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan. Saya selalu mengatakan kepada saudara-saudara yang ada di Bali bukan orang NTT tetapi orang Bali keturunan NTT. Kalau pulang ke NTT baru jadi orang NTT. Kalau disini adalah orang Bali keturunan NTT. Apapun yang saya maksud dengan istilah itu, saya rasa saudara merasa sebagai orang Bali. Sehingga saudara mempunyai hak dan kewajiban sama seperti orang Bali lainya, saya kira itu yang paling penting,” ujarnya.
Walaupun tidak mungkin kita lepaskan ikatan kekeluargaan dan kecintaan terhadap tanah kelahiran tanah kita, tanah leluhur tanah NTT tetapi kita semua harus menyadari bahwa kita sebenarnya bahwa Bali NTT NTB itu bahwa dulu itu namanya Nusa Tenggara atau Sunda Kecil.
Tadi betul dikatakan bahwa kita semua bersaudara.
Dalam konteks Natal menurut Pastika, kita semua mendambakan damai. Tadi dikatakan santi santi santi, itu artinya damai damai damai.
Tidak ada yang lebih penting dari umat manusia adalah kedamaian dan sukacita kedamaian. Semua manusia mendambakan itu. Persoalannya adalah seringkali masih ada konflik, perpecahan, ketidakdilan dan sebagainya.
“Saya sering mengatakan untuk damai kita perlu berdamai terlebih dahulu dari diri kita sendiri baru kita bisa berdamai dengan orang orang lain. Kalau kita tidak bisa berdamai dengan diri sendiri kita tidak mungkin bisa berdamai dengan orang lain. Bagaimana caranya agar bisa berdamai? Ini yang sering kita lupakan,” ujarnya.
Sebagai seorang jurnalis, Pastika meminta untuk tetap memperhatikan ajaran agama masing-masing. “Yang jelas yang pertama adalah harus mengikuti ajaran-ajara agama. Agama telah mengajarkan cinta kasih, toleran, keadilan. Kita semua bersaudara. Namun banyak ketidakadilan. Waktu saya masih Kapolda NTT, banyak anak daerah yang saya luluskan saat test masuk ABRI. Ini juga menyangkut keadilan. Kenapa putra daerah banyak yang tidak lulus. Di zaman saya, banyak putra daerah yang bisa masuk,” ujarnya.