DENPASAR, BeritaDewata – Ketua Forum Penanggulangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi Bali I Gede Sudiartha mengakui jika selama ini media mainstream masih menjadi corong terbaik dalam menyampaikan informasi bencana di Bali. Hal ini disampaikan Sudiartha saat menjadi pembicara dalam acara “Peran Media dalam Penanggulangan Bencana di Bali” yang diselenggarakan oleh Forum PRB Bali di Sanur, Rabu (7/4/2021).
Menurut Sudiartha, dalam penanggulangan risiko bencana, media memainkan peran yang penting untuk komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). “Posisi media itu sangat strategis untuk check and balancing. Media itu tidak memiliki kepentingan politik dalam pemberitaan tentang bencana. Justeru banyak politisi yang sebaliknya memanfaatkan informasi di media untuk kepentingan politik,” ujarnya.
Menurutnya, karena posisinya yang strategis dalam informasi bencana maka salah satu strategi dalam optimalisasi penanggulangan bencana di Provinsi Bali adalah adanya peran aktif wartawan dalam menyalurkan informasi dan menyajikan fakta kepada masyarakat luas disertai data-data yang valid dari sumber yang tepat.
Peran ini menjadi sangat vital ketika di tangan seorang wartawan, peristiwa dan berita berdasarkan fakta dikemas menjadi bentuk komunikasi yang tepat melalui media masing-masing dan sanggup menumbuhkan harapan sekaligus menggerakkan semua pihak untuk beraksi bersama dalam kesiapsiagaan menanggulangi bencana.
Bali sebagai salah satu provinsi yang sangat rawan terhadap bencana hidrometeorologi (banjir dan longsor), letusan gunung berapi, gempa bumi, dan tsunami dengan jumlah penduduk 4.336.900 jiwa (sumber: Provinsi Bali dalam Angka 2020, BPS), sudah semustinya memiliki pentahelix yang kokoh dan aktif, termasuk di dalamnya adalah komponen media dan wartawan yang dapat berkontribusi secara optimal dalam mengatasi kebencanaan tersebut.
“Wartawan memiliki peran penting dan luar biasa yaitu mereka memiliki andil besar dalam pewartaan kesiapsiagaan bencana. Masyarakat dapat teredukasi dengan baik melalui pemberitaan, penyiaran maupun penyajian berita-berita yang berkelanjutan seputar bencana sehingga aksi-aksi preventif dapat dilakukan.
Demikian juga ketika bencana terjadi kesempatan menyelamatkan jiwa dan raga menjadi besar ketika media memainkan perannya dengan aktif, terlebih saat ini dengan kekuatan media social dan kecepatan informasi yang segera dapat diperoleh oleh masyarakat luas. Diatas hal tersebut, ada satu hal mulia yang dapat dilakukan wartawan dan ini menjadi kekuatan mereka, yaitu wartawan mampu menumbuhkan emphaty dan harapan melalui berita dan penyajian yang menyejukkan ditengah-tengah bencana sehingga mampu menggerakkan semua pihak untuk turut serta dalam penanggulangan bencana,” ujarnya.
Untuk itu, Forum PRB Provinsi Bali sebagai mitra strategis Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Bali bekerja sama dengan SIAP SIAGA mengundang 25 wartawan di Bali dalam Pertemuan konsolidasi (FGD) Anggota Forum Wartawan Peduli Bencana, Media dan Jurnalis di Provinsi Bali untuk penguatan komunikasi dan koordinasi multipihak di Provinsi Bali dalam upaya oenanggulangan bencana.
Selain sebagai salah satu bentuk penguatan solidaritas wartawan dalam kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana, diharapkan melalui pertemuan ini juga dihasilkan program kerja yang disusun dan dilaksanakan bersama oleh komunitas wartawan.
Sudiartha mengingatkan bahwa Bali telah terpilih sebagai tempat diselenggarakannya Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) pada 2022 mendatang yang akan dihadiri oleh sekitar 182 negara. GPDRR ini tentunya menjadi ajang potensial bagi wartawan untuk dapat meningkatkan perannya dalam berkontribusi mengurangi risiko bencana baik bagi Bali, maupun Indonesia dan dunia pada umumnya. “Jangan sampai di hari H nanti, media center dipenuhi oleh wartawan asing, lalu mereka menjelaskan soal Bali. Mereka tidak banyak mengetahui informasi soal Bali,” sindirnya