BULELENG – Program Pembangunan Saluran Drainasa dan Trotoarisasi yang dilaksanakan oleh CV.Putra Catur Dewata di Desa Anturan Kecamatan Buleleng menuai masalah. Proyek dengan jangka waktu 150 hari kalender terhitung dari 3 Juli s/d 29 November 2017 dengan total nilai Rp 391.016.000 banyak menuai keluhan dari warga setempat.
Salah satunya adalah pembayaran terhadap upah tenaga pekerja trotoarisasi mengalami pembengkakan. Bahkan para buruh melakukan mogok kerja 2 sehari dan menghadap ke Kepala Desa Anturan I Made Budi Arsana pada 13/10/2017 lalu.
Pembangunan trotoarisasi yang dikerjakan mulai 3 juli 2017 itu menuai keluhan dari warga Anturan setempat. Jalan sedikit terlihat menyempit dari yang sebelumnya. Padahal, jalur Singaraja -Anturan –Lovina merupakan jalur padat penguna jalan umum dari pagi hingga malam hari. I Made Budi Arsana, Kepala Desa Anturan merasa prihatin atas keluhan yang disampaikan warga. Mantan kontraktor ini sangat tahu persis keadaan mencari upah di jalan, apa lagi sebagai buruh harian.
”Kasihan yang bekerja perlu biaya hidup dari pagi hingga sore bekerja, digajih dengan upah haria. Mereka mengadu katanya sudah sebulan upah kerjanya tak dibayarkan sama kontraktor. Sedangkan kita mengejar biar cepat selesai karena desa mau ada Upacara bulan depan ini di Pura Dewa Gede Patih. Biar tidak ada hambatan bahan segala macam di jalan itu yang kita harapkan. Itu yang menjadi gebrakan kita didesa kepada pemborang dan pengawas proyek tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, bila jalan semakin sempit maka jalanan akan semakin macet dengan lalulintas kendaraan yang pada setiap harinya. Kondisi ini bisa merugikan masyarakat di sekitar lokasi. “Kemarin dari PU sudah menyatakan siap memfalisitasi ke pihak atasan,” ucap Made Budi Arsana saat dikonfirmasi.
Buruh pekerja Trotoarisasi itu mengadu ke Kantor Desa Anturan bahwasanya selama kurang dari dua bulan ini mereka belum terima upah secara penuh. Bahkan sedikit demi sedikit upah mereka dibayarkan. Menariknya, dalam penerimaan gaji itu mereka cukup hanya terima gaji secara bon (pinjam). Salah seorang buruh asal Desa Anturan Made Suarsana mengatakan, upahnya diterima sebagian.
“Sudah 2 bulan ikut kerja, gaji baru dikasih sedikit, sampai bosan menunggu dikasih. Mandornya saat ditanya, jawabnya nanti- nanti terus. Masih ada tunggakan sisa gaji Rp 1.5 juta. Kita hanya dikasih pinjam saja,” ujarnya.
Ia mengaku gara-gara upah belum bayar, sempat ribut dengan isterinya karena isterinya curiga uangnya digunakan untuk hal-hal yang tidak benar. Beberapa buruh lainnya mengeluhkan hal yang sama.
“Tumben saya bekerja seperti ini, biasanya diproyek lain lancar-lancar saja bayarannya. Kita hanya diberi pinjaman uang, ada yang Rp 60 ribu, ada yang Rp 100 ribu,” ujar Iwan.
Ada dugaan gaji dari para buruh tersebut yang upahnya belum diterima secara utuh diduga ditilep. Mandor proyek trotoarisasi asal Desa Bontiing Made Suartha saat dikonfirmasi melalui telephone seluler berdalih bahwa selama dalam pengerjaan itu tidak ada suatu masalah keuangan terhadap para buruh. Bahkan ia tidak tahu kalau buruh lainya mengadu ke Kantor Desa Anturan dan bertemu Kepala Desa I Made Budi Arsana.
“Siapa bilang begitu. Tidak ada yang mengadu kesana. Sekarang saya lagi ada upacara kematian di desa, lagi dua hari saya ke proyek, “ ucap Suartha.
Sementara Kepala Dinas PUPR Kabupaten Buleleng Ketut Suparta Wijaya saat di konfirmasi terkait hal tersebut mengaku PU tidak berurusan dengan keuangan dan gaji para buruh. “Kalau urusan finansial ketenagakerjaan bisa disebabkan beberapa faktor. Tapi andai kata berpengaruh terhadap progress pekerjaan, kita akan ingatkan mereka. Kalau urusan upah kita tak mencampuri, kecuali pekerjaan itu mandeg kita tegur atau terlambat kita denda. Secepatnya kita akan panggil kontraktornya. Tidak mungkin PU mau membayar gaji buruh. Itu kewajiban kontraktor,” tegas Suparta Wijaya.