Denpasar, Beritadewata.com – Ekspor beberapa komoditas asal Bali ke Cina dan ke beberapa negara lainnya terus meningkat. Bahkan untuk triwulan pertama tahun 2019, total ekspor produk pertanian asal Bali sudah mencapai Rp 309 miliar lebih. Peningkatan ekspor ini merupakan upaya kerja dan sinergi pembangunan pertanian antara Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi Bali yang saat ini sudah mulai menuai hasil.
Dari data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik, sektor pertanian yang telah mampu menurunkan inflasi pangan dari yang sebelumnya 10,57 persen selama 4 tahun terakhir telah mampu ditekan hingga 1,26 persen. Demikian juga dengan harga pangan di Provinisi ini yang relatif stabil dengan capaian inflasi pangan di angka 0,7 persen.
“Sinergi yang dibangun telah membuahkan hasil, dan kita akan terus tingkatkan dengan mendorong produk komoditas pertanian unggulan asal Bali masuk ke pasar ekspor,” kata Imam Djajadi, SP, MM Kepala Balai Besar Karantina Soekarno Hatta saat melepas ekspor komoditas pertanian senilai Rp. 17,4 miliar di Pelabuhan Benoa-Bali, Kamis (21/3).
Selain pelepasan ekspor perdana buah salak gula pasir, Komoditas pertanian unggulan yang dilepas kali ini adalah manggis, daun mimba, alang-alang, bunga anggrek, sarang burung walet, kepompong sutera, anak ayam umur 1 hari (DOC), dan kulit ular dengan tujuan negara Cina, Singapore, Timor Leste, Hongkong, Brasil, Jepang dan Jerman.
Imam Djajadi juga menyoroti komoditas yang tengah menjadi primadona ekspor di Bali yakni buah manggis. Petani Bali benar-benar merasakan manfaat kemudahan dan kecepatan pelayanan ekspor oleh pemerintah di dua tahun belakangan ini. Tahun 2018 petani manggis di Bali merasakan bagaimana hasil panennya bisa diterima penuh ke pasar-pasar besar manca negara terlebih setelah berhasilnya negosiasi dagang antara Badan Karantina Pertanian dengan Otoritas Karantina Cina hingga keran ekspor langsung ke pasar Cina dibuka di penghunjung tahun 2017.
Djajadi menambahkan dari data yang diambil dari sistem otomasi Badan Karantina Pertanian, di tahun 2018, dari Bali saja telah terkirim 4.096 ton buah manggis dengan nilai ekonomi Rp.300 milyar hanya untuk pasar Cina saja dan ini merupakan nilai ekspor manggis tertinggi di Indonesia.
Sementara, memasuki triwulan pertama 2019 ekspor manggis bahkan sudah mencapai 631 ton tujuan Cina Dengan nilai devisa hingga Rp 45 milyar. “Permintaan sangat tinggi, dan untuk percepatan pemeriksaan karantina sesuai persyaratan negara tujuan ekspor kami berlakukan inline inspection, layanan jemput bola,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Denpasar, Drh. I Putu Terunanegara memaparkan, komoditas asal Bali yang juga favorit di pasar internasional yakni salak gula pasir. Sejak dimulai ekspor perdananya sebanyak 0,5 ton ke Kamboja di Maret ini, kedepan tengah dipersiapkan secara rutin ekspor sebanyak 50-100 ton perbulannya. “Kini bertambah lagi komoditas andalan petani di Bali, dan petani sebagai penggeraknya telah menjadi pahlawan devisi negara,” ujarnya.
Terunanegara juga menyampaikan data perbandingan ekspor komoditas pertanian yang disertifikasi melalui wilayah kerjanya pada triwulan pertama di tahun 2018 dengan 2019 adanya peningkatan yang sangat signifikan. Dimana pada tahun 2018 tercatat ekspor hanya Rp29 milyar dan ditahun 2019 meningkat jauh sebanyak Rp 309 milyar, dan ini tidak terlepas dari upaya keras Badan Karantina dalam memfasilitasi petani memberikan jaminan kualitas dan kesehatan komoditas ekspor.
Gubernur Provinsi Bali I Wayan Koster, yang hadir dan melepas ekspor komoditas pertanian unggulan Pulau Dewata ini mengapresiasi upaya pembangunan pertanian yang dilakukan secara sinergi antara dinas terkait diwilayahnya dengan Kementerian Pertanian.
Ia berharap dengan keunggulan sektor pariwisata yang dimiliki Bali juga dapat turut membawa kesejahteraan bagi petani. Gubernur berpesan agar kuantitas dan kualitas dapat dijaga secara konsisten sehingga akses pasar ekspor dapat terbuka luas sehingga dapat memberi nilai tambahatau added-value bagi petani sehingga makin sejahtera.
“Sudah saatnya petani Bali bangkit. Selama ini yang ada hanya branding bangkok saja. Ada ayam bangkok, ada jambu bangkok, dan sebagainya. Semuanya ada kata bangkok. Sekarang saatnya branding Bali, karena ada jeruk Bali, ada salak Bali, ada kopi Bali, ada sapi Bali, ada babi Bali. Biar dunia tahu kalau apa saja yang berasal dari Bali itu berkualitas,” ujarnya.
Terkait dengan proses sertifikasi, Imam Djajadi menyampaikan bahwa seluruh jajaran petugas karantina pertanian melakukan tugasnya dalam mensertifikasi produk pertanian sesuai dengan persyaratan negara mitra dagang. ”Jaminan ini akan menjadi jalur hijau produk pertanian kita melenggang di pasar global,” tegasnya.
Sementara itu, Untung Basuki Kakanwil Bea dan Cukai Bali, NTB dan NTT menyampaikan bahwa BC Bali siap ikut mendukung akselerasi percepatan ekspor komoditas pertanian dengan menggunakan layanan PDE (Pertukaran Data Elektronik) yang sangat efektif memangkas waktu, tenaga dan biaya dan Bali mempunyai keuntungan lebih dengan mempunyai rute penerbangan yang padat lintas manca negara.