Ekspor Manggis Bali ke Cina Kembali Dibuka

Ekspor Manggis Bali ke Cina Kembali Dibuka

Denpasar – Setelah 5 tahun terjadi penutupan ekspor manggis Bali ke Cina, maka sejak Kamis (5/4), ekspor manggis asal Bali ke Cina kembali dibuka. Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar I Putu Terunanegara saat ditemui di Balai Karantina Denpasar, Kamis (5/4) mengatakan, ekspor manggis asal Bali ke Cina kembali dibuka setelah selama 5 tahun disuspen oleh Cina karena ditemukan famium atau sejenis bakteri yang ada di manggis asal Indonesia.

Namun setelah ada kesepakatan protokol antara Cina dengan Indonesia maka kran ekspor itu akhirnya dibuka lagi. “Sekarang manggis asal Bali khususnya dan Indonesia umumnya sudah kembali tembus ke Cina. Dan untuk Bali sampai saat ini sudah diekspor ke Cina hampir 30 ton selama satu bulan ini dari permintaan 20 ribut ton untuk beberapa kota besar di Cina. Permintaan Cina sebenarnya tidak terbatas, tetapi kita memenuhi target yang ada,” ujarnya.

Menurut Putu, Cina cukup ketat dalam menerima buah import. Mereka melakukan seleksi secara ketat karena pengalaman ada bakteri masuk Cina. Setelah tahun 2012 dilarang untuk ekspor ke Negara Tirai Bambu tersebut, kini manggis Bali kembali diminati. Hal ini, bisa dilihat dari pengiriman buah mangis yang diperoleh dari petani buah manggis di Pupuan, Kabupaten Tabanan, Bali.

Kemudian, di ekspor ke ke Negara Cina lewat PT. Khrisna Multi Sarana Indonesia, di Pelabuhan Laut Benoa, Denpasar, Bali, Kamis (5/4). Setelah 5 tahun dilarang untuk ekspor ke Negara Cina. “Ekspor manggis, kita sudah memasuki satu bulan dan sudah berlangsung setiap hari. Untuk hari ini volumenya cukup banyak sekitar 7,2 ton,” ucapnya.

Kalau target ekspor secara nasional itu 20 ribu ton. Kalau di Bali, dalam satu bulan kita sudah tembus 30 ton. Hampir tiap hari satu atau 2 ton berangakat ke Beijing dan Sanghai Cina. Badan Karantina Pertanian terus memaksimalkan peluang ini untuk mengakselerasi ekspornya. Petani di sentra manggis di seluruh Indonesia terus diedukasi dan dilakukan pendampingan agar memenuhi persyaratan teknis yang diminta pemerintah China.

Untuk petani manggis di Provinsi Bali menjadi salah satunya yang menjadi fokus pendampingan. Dengan potensi produksi yang tinggi, pemerintah membantu mereka menjaga kualitasnya. “Kami bantu kawal melalui pengawasan in line inspection kepada petani dan eksportir, sehingga kualitas terjaga dan proses pemeriksaan karantina di tempat pengeluaran ekspor menjadi lebih cepat, efektif dan efisien,” jelasnya.

Setidaknya, terdapat beberapa hal yang perlu dipenuhi untuk menjaga kualitas manggis, diantaranya tampilan fisik, bebas dari kutu putih dan semut. Hingga saat ini baru satu perusahaan produsen manggis yang ada di Bali yang sudah teregistrasi dan dapat melakukan ekspor langsung ke China. “Registrasi ini memberi mereka kesempatan besar ekspor langsung ke China,” ujar Terunanegara.

Selama kurang lebih 4 tahun terakhir, banyak manggis Indonesia masuk pasar China melalui negara ketiga seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, kini dengan disepakatinya protokol ekspor langsung ke China, maka petani bisa meraih keuntungan maksimal penjualan manggisnya.

“Ini luar biasa membahagiakan petani manggis. Kini mereka lebih bergairah dan menjaga betul kualitas manggisnya,” kata Terunanegara.

Nantinya Bali mampu menyumbang volume ekspor manggis yang tinggi. Pemerintah menargetkan 20 ribu ton manggis ke China secara langsung.

“Manggis asal Bali sejak Januari 2018 hingga hari ini telah terkirim ke China dan Thailand dengan volume lebih dari 49 ton melalui Bandara Ngurah Rai. Data ekspor manggis secara nasional saat ini telah lebih dari 10.000 ton,” tutup Terunanegara.

Dengan potensi produksi yang tinggi, pemerintah membantu mereka menjaga kualitasnya. “Kami bantu kawal melalui pengawasan in line inspection kepada petani dan eksportir, sehingga kualitas terjaga dan proses pemeriksaan karantina di tempat pengeluaran ekspor menjadi lebih cepat, efektif dan efisien” jelasnya.

Setidaknya terdapat beberapa hal yang perlu dipenuhi untuk menjaga kualitas manggis, diantaranya tampilan fisik, bebas dari kutu putih dan semut. Hingga saat ini baru satu perusahaan produsen manggis yang ada di Bali yang sudah teregistrasi dan dapat melakukan ekspor langsung ke China. “Registrasi ini memberi mereka kesempatan besar ekspor langsung ke China”, terangnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here