BANGLI, BeritaDewata – Ketua PHRI Bangli Dr. I Ketut Mardjana menyoroti kondisi pariwsata di Kabupaten Bangli yang perkembanganya cukup lambat.
Menurutnya, pariwisata di Bangli memiliki potensi untuk berkembang lebih pesat dan menopang kesejahteraan rakyatnya.
Hal ini ditegaskan I Ketut Mardjana saat menghadiri diskusi DIPA Bangli #4 yang digelar DPK Peradah Indonesia Bangli, di Gedung PHDI, Sabtu (26/10).
Dalam diskusi tersebut, I Ketut Mardjana yang juga pemilik Toya Devasya memaparkan berbagai permasalahan pariwisata, yang menjadi ujung tombak pendapatan daerah di Bangli.
Menurut mantan Dirut PT Pos Indonesia ini, pencapaian jumlah wisatawan di Bangli masih jauh dari target, yang artinya perencanaan pengembangan pariwisata belum diikuti dengan langkah-langkah yang diimplementasikan dengan baik.
“Kalau saja pemerintah daerah bekerjasama dengan komponen-komponen di masyarakat dalam pengembangan pariwisata, tentu akan jauh lebih besar (pencapaian wisatawan-red). Saat ini saya masih melihat gap, jadi stakeholder tidak terlibat langsung dalam membangun pariwisata,” paparnya.
Permasalahan lain, lanjutnya, belum adanya pemerataan pengembangan pariwisata diseluruh Bangli, dan masih terkonsentrasi di Kintamani. Padahal daerah lain di Bangli juga memiliki potensi pariwisata.
Mardjana mencontohkan di Bangli Timur ada kerajinan bambu, dulang, wisata air terjun dan alamnya mempunyai potensi yang besar. Tapi belum banyak diketahui dunia.
“Begitu juga daerah barat dengan ukiran dan alam luar biasa. Sedangkan di Kintamani Barat itu ada kopi dan agriculture yang luar bisa potensinya. Selanjutnya di Kintamani Timur dengan Geopark yang pertama di Indonesia dan alam yang begitu indah juga belum berkembang secara lebih pesat lagi,” jelasnya.
Lalu bagaimana solusinya? Ketut Mardjana menjelaskan harus ada penunjang potensi pariwisata tersebut. Menurutnya, kalau saja di Bangli dibangun Pasar Seni, apalagi notebene Bangli juga pusat seni Bali, tentunya akan menarik lebih banyak wisatawan.
“Jadi pembangunan disini hendaknya betul-betul bisa memilah-milah. Itulah yang disebut dengan zona ekonomi. Apa yang menjadi potensi di daerah-daerah di Bangli harus diidentifikasi dengan baik. Dan yang paling penting bagaimana awareness dari pemda bisa mendorong pembangunan infrastruktur yang menopang pariwisata,” katanya.
Diantara infrastruktur penting yang harus dikembangkan di Bangli, pria asal Kintamani ini menyebutkan pengembangan jaringan internet dan komunikasi harus kuat untuk mendukung digital marketing, lalu aksesibilitas seperti jalan harus ada.
“Kalau ini terjadi, maka akan bisa memunculkan gairah bagi masyarakat untuk membangun sarana-sarana dan itu juga bisa menarik wisatawan yang lebih besar lagi,” ujarnya.
Pria yang mendapat pengakuan sebagai salah satu maestro entrepreneur terbaik di Indonesia ini menyatakan, pengembangan jaringan internet menjadi isu terpenting dalam menopang pengembangan pariwisata di Bangli.
“Ini terkait bagaimana memasarkan daerah wisata di Bangli ke target market yang telah ditentukan dengan lebih baik. Apalagi dengan generasi dan industri 4.0, membuat jaringan internet tidak bisa diabaikan,” pungkasnya.
Terkait anggaran, Ketut Mardjana mengatakan disinilah kepiawaian seorang pemimpin dibutuhkan. Ketut Mardjana mencontohkan, kenapa Banyuwangi yang sebelumnya tidak terlalu terlihat tapi sekarang pariwisatanya menggeliat dan tiba-tiba memiliki anggaran.
“Bangli juga bisa seperti ini. Pertama bagaimana kita mempromosikan dan melobi pemerintah pusat bahwa bagaimana anggaran penting untuk menggaet wisatawan. Selain itu bagaiman kita menggaet investasi masuk kesini, karena anggaran tidak hanya dari pemerintah tapi juga dari swasta. Itu akan berlanjut ke hal yang lebih besar, karena begitu pembangunan terjadi akan meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan. Nah inilah yang akan menjadi kunci kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Kegiatan DIPA Bangli ini sendiri merupakan kegiatan rutin yang digelar oleh DPK Peradah Indonesia Bangli. Selain I Ketut Mardjana, DIPA Bangli #4 yang dihadiri kurang lebih 250 orang peserta ini juga menghadirkan pembicara yang berkompeten dibidangnya seperti Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, pengusaha kelahiran Bangli yang produknya telah mendunia, serta I Gede Gita Purnama A.P., S.S., M.Hum, seorang akademisi Sastra Bali dan dosen di Universitas Udayana.
DIPA Bangli #4 juga diisi dengan pemberian penghargaan Pawakānugraha kepada I Dewa Agung Ayu Alamanda Diastari, atas prestasinya menjadi duta Bali dalam pasukan pengibaran bendera pusaka (Paskibraka) saat upacara Kemerdekaan RI di Istana Negara 17 Agustus 2019.
Selain menerima penghargaan Pawakānugraha, siswa SMA 1 Bangli ini juga mendapatkan apresiasi dari Dr. I Ketut Mardjana yang memberikan uang pembinaan dan fasilitas menginap di Toya Devasya.