Denpasar – Harga Eceran Tertinggi (HET) elpiji bersubsidi 3 Kg yang ditetapkan pemerintah seharga Rp 14.500/tabung, selama ini di Provinsi Bali Haya cerita. Untuk memperoleh gas bersubsidi tersebut masyarakat penggunanya harus menebusnya dengan harga jauh melebihi HET tersebut.
Masyarakat yang berhak memperolehnya dan tinggal di sekitar pangkalan-pangkalan resmi gas bersibsidi itu pun, sering kali harus membeli ke warung dengan harga di atas HET. Kisaran harganya bervariatif antara Rp 19.000 hingga ada yang menjualnya di atas Rp 20.000/tabung.
Sementara itu, sesuai ketentuan pemerintah Provinsi Bali HET gas elpiji 3 kg sebesar Rp 14.500/tabung itu berlaku untuk di tingkat pangkalan resmi bawahan agen distributor. Dan, pangkalan-pangkalan itu dibentuk untuk menyediakan dan melayani penjualan langsung kepada masyarakat penggunanya dengan harga jual sesuai HET.
Namun faktanya, menurut sejumlah masyarakat penggunanya elpiji bersubsidi dengah HET di pangkalan-pangkalan resmi, belakangan ini sering kali habis diborong dan dan hanya diperoleh oleh para pengecer berupa warung dan para pedagang gas keliling bersepedamotor.
“Dengan demikian, masyarakat penggunanya pratktis banyak yang hanya bisa membeli gas bersubsidi itu dari pengecer dengan harga di atas HET,” ujar Halimah (43) warga Denpasar, kepada “BD”, Minggu 10 September 2017.
Berbagai langkah sudah dilakukan oleh pemerintah sebagai solusi agar masyarakat yang berhak bisa mendapatkan gas 3 Kg sesuai harga HET. Namun diduga karena minimnya pengawasan dari Pertamina dan Pemerintah, sirkulasi gas 3 Kg begitu mudahnya dipermainkan dan didistribusikan kepada tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Seperti terlihat di beberapa pangkalan gas Wilayah Denpasar, beberapa pangkalan resmi menyatakan gas 3 Kg habis atau kosong. tapi hampir di semua warung yang bukan bagian dari tempat pendistribusian resmi gas bersubsidi ini, selalu ada stok bahkan terlihat cukup banyak.
Penjual di warung menyebutkan harga  gas 3 Kg mulai Rp 19 ribu sampai dengan Rp 20 Ribu, pertanyaanya berapa warung ini beli dari pangkalan resmi? untuk menjawab ini, beberapa warung yang ditemui tim redaksi hampir semuanya bungkam. Selain ogah menyebutkan harga pembelian, mereka juga ogah menyebutkan di pangakalan mana mereka beli.
Saat ini, elpiji 3 kg menggunakan sistem distribusi terbuka, siapa saja boleh membelinya. Akibatnya, banyak elpiji 3 kg yang dikonsumsi oleh orang-orang mampu, tidak tepat sasaran. Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang, seperti dilansir detikcom menyatakan bahwa harusnya subsidi elpiji hanya untuk masyarakat miskin serta usaha kecil dan menengah (UKM). “Sekarang kita bicara keadilan. Seharusnya yang pakai elpiji 3 kg itu yang miskin, makanya kita harus mulai pembatasan,” kata Bambang dalam Forum LPG Indonesia belum lama ini.