UBUD BALI – Terinsipirasi oleh kepercayaan, ritual dan kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan Bali, Desa Visesa mempersembahkan pertunjukkan “Balinese Living Arts”. Pertunjukan ini akan dipentaskan di area persawahan Desa Visesa dan juga di Puri Kantor Ubud, pasa Januari 2018.
Dengan dua cerita yang berbeda yaitu, Manifestasi Siwa Nataraja yaitu menceritakan awal terbentuknya seni-seni yang ada di Bali yang disakralkan dan menjadi pedoman bagi masyarakat Bali khususnya dan Tri Hita Karana.
Dewi Sri yang menceritakan tentang kehidupan desa dan rasa syukur masyarakat Bali atas limpahan rejeki dan hasil panen yang diberikan. Disutradarai oleh Peter Wilson seorang sutradara terkenal yang berkolaborasi dengan Made Sidia, seorang master wayang kulit di Bali berhasil membawa gagasan baru mengenai pertunjukan dan musik tradisional tanpa melupakan konsep dari Desa Visesa.
Peter Wilson mengakui bahwa seni pewayangan sudah diketahui secara luas sebagai salah satu seni yang paling penting dalam penggabungan pengaruh Barat dan Timur, serta memiliki nilai budaya yang tinggi. Made Sidia, memprakarsai sebuah komunitas yang bernama Sanggar Paripurna yang bertujuan untuk mengajarkan seni ukir, seni rupa, melukis, seni tari, seni wayang, musik gamelan dan pembuatan berbagai upacara keagamaan yang terbuka untuk semua siswa di seluruh dunia. Hingga saat ini sekitar 600 siswa telah menjadi bagian dari sanggar tersebut.
Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi para seniman luar untuk berkolaborasi dengan seniman lokal lainnya untuk menghasilkan pertunjukan yang menakjubkan. Anda akan disuguhkan dengan bakat yang luar biasa dari para pemain dan terpesona oleh keterampilan penduduk desa yang bekerja di belakang layar. Rangkaian cerita seni yang menarik dengan alam, yaitu di tengah sawah Desa Visesa, anda akan ikut merasakan dan turut serta dalam pencapaian yang luar biasa ini.