Dandim Badung Bekali Wawasan Kebangsaan Mahasiswa Baru IKIP PGRI Denpasar

DENPASAR, BeritaDewata – Dandim 1611/Badung Kolonel Inf Puguh Binawanto berkesempatan memberikan pembekalan tentang Wawasan Kebangsaan atau Wasbang di hadapan ratusan mahasiswa baru IKIP PGRI Denpasar, Kamis (05/09), bertempat di Aula Serbaguna Kampus Institut Keguruan dan ilmu pendidikan (IKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia Denpasar, Jalan Seroja Nomor 57 Desa Tonja, Denpasar Utara.

Dalam kata pembukaannya Drs. Wayan Pande Bawa, M. Si., selaku Sekretaris Yayasan PGRI Denpasar yang sekaligus Biro Akademik memandang perlunya peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan wawasan kebangsaan. Sehingga dengan mahasiswa baru sejumlah 325 orang tersebut diwajibkan mengikuti kegiatan pembekalan tersebut. “Peserta merupakan mahasiswa baru gabungan dari 5 Fakultas dan 9 Program Studi yang ada di IKIP PGRI ini”, ungkap Pande Subawa.

Dirinya berharap seluruh peserta dapat mengikuti semua pembekalan pada masa pengenalan atau orientasi ini secara baik untuk menjadi bekal pengetahuan dan pengalaman ke depannya, termasuk apa yang disampaikan oleh Dandim 1611/Badung.

Sementara itu Dandim 1611/Badung Kolonel Inf Puguh Binawanto dalam paparannya mengajak seluruh peserta untuk melihat ke masa lalu bangsa ini yang pada saat itu lebih dikenal dengan nama Nusantara.

Wilayah Nusantara dulu memiliki kerajaan dengan raja-raja yang hebat di antaranya pada abad ke 7 berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Masa kejayaannya tercapai pada tahun 812-824 Masehi yang dipimpin oleh Balaputradewa, dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa, Malaysia, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Namun kemunduran dan kehancurannya diakibatkan oleh pemberontakan yang terjadi di kerajaan dalam wilayah kekuasaannya yang dilakukan oleh Raja Colomandala dari Negeri Melayu.

Selanjutnya pada tahun 1293 berdirilah Kerajaan Majapahit dan puncak kejayaannya tercapai pada pada tahun 1350-1389 Masehi yang dipimpin oleh Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapanya. Wilayah kekuasaannya meliputi seluruh Nusantara dan Asia Tenggara, namun kerajaan tersebut hancur akibat terjadinya perang saudara di dalam wilayah kekuasannya kerajaan itu sendiri yang di kenal dengan Perang Paregreg.

Berpijak dari dua sejarah kerajaan besar Nusantara yang sangat termasyur di jamannya tersebut yaitu Sriwijaya dan Majapahit, mengalami keruntuhan dan kehancuran karena ribut dengan terjadinya konflik sendiri yang tidak bisa mempertahankan persatuan negara. Setalah runtuhnya Kerajaan Majapahit, maka berdirilah kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di seluruh Nusantara.

Pada tahun 1512 Bangsa Eropa masuk ke wilayah Nusantara untuk melakukan perdagangan di antaranya bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Dalam perjalanannya bangsa-bangsa tersebut ingin menguasai wilayah Nusantara yang terkenal menghasilkan kekayaan alam utamanya rempah-rempah. Tekanan dalam bentuk penjajahan yang dilakukan bangsa-bangsa barat tersebut selanjutnya menumbuhkan perlawanan oleh Raja-Raja Nusantara saat itu yang bersifat kedaerahan dalam jangka waktu selama 300 tahun lebih.

Perlawanan yang bersifat kedaerahan pun terjadi yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien di Aceh, Sisingamangaraja di Sumatera Utara, Tuanku Iman Bonjol di Sumatra Barat, Pangeran Diponogoro di Jawa, Pangeran Antasari di Kalimantan, Sultan Hasanudin di Sulawesi dan Patimura di Maluku, sedangkan di Bali dilakukan Patih Jelantik, NTB oleh Sultan Salahudin dan NTT oleh Izak Huru Doko. Mereka semua berjuang secara heroik membela bangsa, namun semua perang yang bersifat kedaerahan tersebut tidak berhasil mengusir penjajah dari wilayah Nusantara.

“Bangsa kita banyak memiliki pejuang pemberani untuk melawan penjajah, namun perjuangannya masih bersifat kedaerahan dan hal ini yang sangat mudah dipatahkan oleh kaum penjajah,” jelas Dandim.

Kita butuh bersatu dalam perjuangan sehingga dalam perkembangannya hal tersebut membuat mata dan pikiran para pemuda-pemuda yang berada di wilayah Nusantara untuk bersatu dengan mendirikan organisasi kepemudaan yang diawali dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dikenal dengan kebangkitan nasional. Gerakan kebangkitan nasional ini adalah tonggak untuk mewujudkan kesepakatan jiwa dalam kebersamaan, persatuan dan senasib seperjuangan sehingga melahirkan kesadaran serta tekad untuk bersatu.

Hanya membutuhkan waktu 20 tahun saja maka kemudian lahirlah Sumpah Pemuda pada tanggal 28 oktober 1928. Lahirnya Sumpah Pemuda yang diprakarsai oleh pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan seperti Jong Sumatera Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, Jong Ambon dan yang lainnya untuk melahirkan tekad berbangsa, bertanah air satu dan berbahasa satu yaitu “Indonesia”.

Lahirnya Sumpah Pemuda juga sebagai awal terwujudnya tekad perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah sehingga timbul semangat juang dengan motto “Merdeka atau Mati”. Kebersamaan dalam perjuangan dan percaya pada kemampuan sendiri. Hanya dalam 17 tahun kemudian, Negara Kesatuan Republik Indonesia akhirnya diploklamirkan. Perjuangan yang bersifat nasional tersebut pada puncaknya melahirkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Atas berkat rahmat Allah kita mampu merebut kemerdekaan bagi bumi pertiwi yang berdasarkan Pancasila.

Apa yang disampaikan Dandim dimaksudkan bahwa jika kita bersatu padu, bergotong royong, menyatukan tekad dan semangat, banyak hal yang bisa kita raih yaitu mulai dari menghancurkan penjajah yang ratusan tahun telah menjajah kita, meraih kemerdekaan sebagai jembatan emas menuju masyarakat adil dan makmur.

Seiring dengan perjalanan waktu dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini dirongrong oleh berbagai gangguan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri berupa Agresi Militer Belanda yang dibantu oleh Sekutu dan dari dalam negeri berupa tindakan pemberontakan namun dengan semangat persatuan dan kesatuan NKRI tetap berdiri tegak yang berideologikan Pancasila sebagai dasar negara.

Kepada peserta Dandim berpesan “bahwa kita mempunyai peluang untuk maju sebagai bangsa yang besar dengan dasar jangan sampai kita hancur karena masalah perbedaan dan moralitas, maka kita harus memiliki wawasan kebangsaan.

Peluang bangsa ini untuk maju sangat luar biasa, tetapi tantangan yang dihadapi juga tidak ringan, ini menjadi tugas kita bersama untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan bangsa kita”, sebut Dandim.

Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 71 Tahun 2012 tentang pedoman pendidikan wawasan kebangsaan, yang mana didalamnya mengandung nilai rela berkorban, kesederajatan, kekeluargaan yang mengandung makna rasa kebangsaan, paham kebangsaan dan semangat kebangsaan.

Apa yang disampaikan Dandim sangat disepakati oleh Sekretaris Yayasan PGRI Denpasar, Drs.Wayan Pande Bawa, M.Si., yang mengatakan bahwa wawasan kebangsaan ini sangat baik dibekali terhadap mahasiswa baru di perguruan tinggi dikarenakan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat diaplikasikan dalam lingkungan pendidikan dan juga dalam kehidupan bermasyarakat.

“Pembekalan wawasan kebangsaan dan materi lainnya selama masa pengenalan akan menjadi bekal yang berharga bagi mahasiswa termasuk dalam pembentukan karakternya sebagai generasi bangsa,” pungkasnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here