DENPASAR, BERITADEWATA – Sebagai upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang berkaitan dengan pola kemandirian berusaha, Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia tidak berhenti mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di sejumlah daerah.
Dukungan juga dilakukan melalui kegiatan edukasi, pelatihan kewirausahaan, serta pendampingan bisnis dan peningkatan kapasitas produksi pada UMKM di bidang retail, food service, dan produsen makanan-minuman.
Bekerja sama dengan Yayasan BEDO, konsep pengembangan bisnis kreatif menjadi tema yang diambil dalam proses pendampingan kepada 31 UMKM bidang kuliner di Bali. Mereka mendapatkan dasar-dasar konsep financial management seperti cara menghitung Harga Pokok Penjualan, pembukuan sederhana, juga kiat pengemasan produk yang menarik, hingga perluasan pemasaran melalui platform digital. Hal jaminan keamanan produk juga menjadi perhatian penting dalam menjaga keberlanjutan bisnis dari sisi kesehatan dan keamanan pangan.
Gde Wahyudhi SP, pelaku UMKM yang menyediakan berbagai kuliner tradisional mulai dari olahan ayam hingga seafood di Denpasar, Bali, meyakini bahwa melalui pendampingan serta pelatihan bisnis yang diikuti telah membawa dampak positif bagi usaha yang digelutinya. “Semakin banyak kompetitor semakin membuat kami belajar untuk menciptakan sensasi rasa yang spesial untuk pelanggan setia kami”, ujar Yudhi.
Melalui brand Warung Sasti, Yudhi juga turut aktif mengikuti berbagai kegiatan festival maupun perlombaan kuliner demi mengeksplorasi cita rasa masakan yang otentik dan diminati konsumen. Hal ini dilakukan juga dalam rangka mengenalkan brand UMKM miliknya kepada publik agar lebih dikenal luas oleh semua segmentasi konsumen.
Upaya pendampingan UMKM CCEP Indonesia juga dilakukan di Ungaran, Jawa Tengah. Di masa pandemi Covid-19, Suryanto, Warga Desa Lorog Ungaran Barat, melihat peluang bahwa berbisnis makanan cepat saji (frozen) merupakan pilihan yang tepat dikala orang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan tingkat konsumsi yang tetap atau bahkan lebih tinggi.
Suryanto mencoba untuk membuat dan menjual secara luas camilan berbahan dasar singkong (gemblong) yang saat ini ternyata malah menjadi mata pecaharian utama bagi Suryanto dan keluarga. Dari hasil singkong yang melimpah di daerahnya sendiri, ia dapat menekan biaya produksi dari bahan baku yang didapat dari petani langsung dengan kualitas baik, dan secara kuantitas dapat berkelanjutan.
Melihat potensi usaha yang dijalani Suryanto, CCEP Indonesia di Jawa Tengah bersama Serabut Nusa bersama-sama menggali kolaborasi untuk mengembangkan usaha Suryanto dengan mengawali proses kurasi produk hingga produksi dan pemasaran yang dilakukan. Hal ini memperhatikan segudang potensi makanan khas daerah yang tentu sangat luas dari sisi penikmatnya. Mulai awal 2022 produk Gemblong Cotot milik Suryanto dipasarkan melalui toko online. Sebuah lompatan proses yang sebelumnya mungkin tidak terbayangkan oleh yang bersangkutan.
Regional Corporate Affairs Manager CCEP Indonesia Armytanti Hanum Kasmito mengatakan program pengembangan UMKM tersebut ditujukan untuk mengubah keterbatasan menjadi peluang bisnis. Di masa awal pandemi, aktivitas tatap muka dan kegiatan masyarakat terbatas. “Dari sana, kami kemudian mendorong UMKM bisa memanfaatkan platform digital sebagai sarana memperluas pasar,” katanya.
Masalah khas UMKM dalam hal suplai dan standarisasi produk menjadi perhatian pemberdayaan berkelanjutan yang dilakukan oleh CCEP Indonesia dan Serabut Nusa melalui program UMKM Tangguh. Dengan menyasar bisnis skala rumahan yang memiliki dampak positif pada lingkungannya, terus didukung dan dibukakan akses perbaikan dari berbagai sisi, baik dalam hal supply side maupun penyiapan akses distribusi dan inisiasi pemasaran lanjutannya (demand side).