BPJS Cabang Singaraja Bantah tidak Mengcover Pasien Gagal Ginjal


Buleleng – BPJS Cabang Singaraja membantah bahwa kasus pasien gagal ginjal yang dialami Gede Yuda Prastya (11) asal Dusun Labak, Desa Anturan, Buleleng tidak ditangani BPJS.

“Sebenarnya semua biaya perawatan anak kita Gede Yuda Prastya itu bisa ditanggung oleh BPJS, karena mereka sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS),” ujar Kepala Bidang SDM, Umum dan Komunikasi Publik BPJS Kesehatan Cabang Singaraja I Gusti Ayu Tia Anja Ariesti saat dikonfirmasi Senin (21/5).

Menurut Ariesti, keluarga pasien yang pulang dari RSUP Sanglah Denpasar itu bukan karena biaya rumah sakit yang maha, melainkan karena biaya menunggu seperti makan dan minum selama berada di Denpasar yang tidak bisa ditanggung karena faktor ekonomi. Sebab, BPJS tidak bisa menanggung biaya lain selain biaya yang ada hubungannya dengan pasien. BPJS tidak bisa menanggung biaya menunggu oleh keluarga.

“Kami tetap menanggung semua biaya yang ada, termasuk operasi ginjal. Tetapi kami tidak menanggung biaya-biaya lainnnya. Pasien bernama Yuda pulang ke Buleleng bukan karena biaya operasi yang mahal, tetapi karena keluargana kehabisan biaya hidup di Denpasar,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, penyakit mematikan yang dialami Yuda diketahui pada Februari lalu menjelang perayaan Nyepi 2018. Saat itu tiba-tiba wajah Yuda mengalami pembengkakan.

Menurut keterangan dari kedua orang tuanya, keluarganya tidak ada keturunan gagal ginjal. Setelah melihat bengkak di wajah anaknya, kedua orang tuanya langsung membawa Yuda ke RSUP Singaraja.

Karena stadium sudah tinggi, pihak RSUD Singaraja membuat rujukan ke RSUP Sanglah Denpasar. Saat dirawat beberapa hari di RSUP Sanglah, Yuda harus menjalani operasi untuk memasang selang bila ingin menelan makanan.

Setelah dirawat beberapa saat di RSUP Sanglah Denpasar, Yuda harus pulang ke rumahnya di Buleleng karena keluarga kehabisan biaya, sementara proses penyembuhan dan tindakan medis belum selesai.

Yuda harus dioperasi cangkok ginjal yang total biayanya lebih dari Rp 500 juta. Sementara kedua orang tuanya yang sehari-hari  hidup sebagai nelayan tangkap ikan di perairan Desa Anturan yang penghasilannya tidak menentu.

Saat berangkat ke RSUP Sanglah Denpasar pun dengan biaya seadanya yang diperoleh dari urunan warga kelompok Nelayan Taruna Samudra Desa Anturan. Urunan tersebut didapat dengan jumlah Rp2,5 juta. Kedua orang tua Yuda nekat membawa anaknya ke RSUP Sanglah.

“Selama sebulan dirawat di RSUP Sanglah, hanya dengan bermodalkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Permintaan operasi cangkuk ginjal belum bisa dilakukan karena biaya mahal. Kami akhirnya pulang ke Buleleng, hanya dirawat jalan selama ini,” ujar kedua orang tuanya.

Kini Yuda hanya dirawat di rumah. Kedua orang tua hanya bisa memandang kodisi Gede Yuda Prastya yang terbaring lemas tak berdaya. Bahkan setiap jam Yuda merintih kesakitan dan bingung atas penyakit yang dideritanya.

“Bingung saya harus mencari bantuan dimana lagi. Yuda divonis gagal ginjal dan setiap seminggu harus cuci darah 2 kali. Dimana dapat uangnya. Anak saya pingin sembuh, penghasilan sebagai nelayan kadang dapat kadang tidak. Tak henti-henti derita yang saya alami. Yuda sudah dua bulan ini tidak dapat bersekolah,” ujar Putu Sumada dan Kadek Budiartini.

Dengan kondisi ini, Yuda hanya bisa berbaring lemas di rumahnya. Keluarga sangat berharap uluran tangan dari berbagai pihak demi kesembuhan Yuda agar bisa kembali bersekolah  seperti anak seumuranya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here