DENPASAR, BERITA DEWATA – Sejumlah fakta menarik terungkap dalam Pelatihan Peningkatan Kapasitas Jurnalis Peliputan Bencana Alam yang digelar BMKG Wilayah III Denpasar dan Jawa Pos TV Bali, Sabtu (4/10/2025).
Forecaster BMKG Wilayah III Denpasar, Kadek Setiya Wati, menjelaskan perbedaan cuaca dan iklim yang kerap disalahartikan dalam pemberitaan.
“Cuaca itu kondisi harian, seperti cerah atau hujan, sedangkan iklim adalah rata-rata cuaca dalam jangka panjang,” ujarnya.
Kadek juga mengingatkan pentingnya memahami fenomena cuaca ekstrem seperti puting beliung, angin kencang, hingga banjir bandang yang baru-baru ini melanda Bali.
“Banjir bandang 10 September lalu salah satunya dipicu oleh gelombang atmosfer aktif yang menyebabkan curah hujan ekstrem,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Made Rentin, menyoroti persoalan sampah sebagai salah satu penyebab utama bencana hidrometeorologi.
“Masalah sampah seharusnya selesai di tingkat rumah tangga dan desa, sesuai Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019. Sampah organik bisa diolah di halaman rumah menjadi pupuk,” katanya.
Kepala BPBD Bali, I Gede Agung Teja Bhusana Yadnya, menegaskan tidak ada bencana dengan penyebab tunggal.
“Pada banjir lalu, curah hujan mencapai 390 milimeter per hari-dua kali kategori ekstrem-serta disertai gelombang pasang lebih dari dua meter yang menghambat aliran sungai ke laut,” ujarnya.
Narasumber lain, Ni Luh Desi Purnami dari Stasiun Geofisika Denpasar, menjelaskan bahwa kerak bumi di bawah Pulau Bali terus bergerak sekitar tujuh milimeter per tahun.
“Pergerakan sekecil itu pun bisa memicu gempa bumi besar jika terjadi akumulasi energi,” katanya.
Melalui pelatihan ini, para jurnalis diajak untuk memperdalam pemahaman sains kebencanaan dan menulis berita yang tidak hanya sensasional, tetapi juga mengedukasi dan memberi solusi bagi publik.
























































