DENPASAR, BeritaDewata – Sekaa Gong Kebyar Wanita Puspasari Banjar Lebah, Desa Sumerta Kaja , Kecamatan Denpasar Timur sebagai Duta Kota Denpasar tampil apik di parade gong kebyar wanita serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-XLI dengan membawa tarian Baris Kekupu di Panggung Terbuka Ardha Candra, Art Center, Senin (9/7) malam.
Dalam Pagelaran Parade Gong Kebyar Wanita tampak hadir Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra didampingi Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. IA. Selly Dharmawijaya Mantra, Wakil Ketua TP PKK Kota Denpasar, Ny. Antari Jaya Negara, Sekda Kota Denpasar, AAN Rai Iswara serta Ketua DWP Kota Denpasar, Ny. Kerti Rai Iswara.
Diawali dengan persembahan Tabuh Kebyar Dang yang diciptakan Alm. I Wayan Berata, Sekaa Gong Kebyar Wanita Puspasari Banjar Lebah tampil memukau dengan riuh tepuk tangan penonton. Kemudian Sekaa Gong Kebyar Wanita Puspasari Banjar Lebah menampilkan tari Baris Kekupu yang merupakan tarian ikon dari Banjar Lebah.
Tari Baris Kekupu merupakan sebuah tarian tradisional yang berasal dari Banjar Lebah, Desa Sumerta Kaja, Kota Denpasar. Tari ini diciptakan tahun 1930 oleh Alm. I Nyoman Kaler, seorang seniman kekebyaran yang terkenal pada masanya, yang juga menciptakan berbagai tarian Bali klasik seperti Tari Margapati dan Tari Demang Miring.
“Tari baris Kekupu ini menggambarkan gerak gerik kupu-kupu berwarna warni (kekupu) yang berterbangan bebas dan saling bercengkrama di taman bunga dengan riang gembira mencari madu bunga, keindahan taman selalu menarik apabila ada kupu- kupuyang terbang bergulung- gulung menambah asrinya taman” demikian disampaikan Koordinator Sekaa Gong Kebyar Wanita Puspasari Banjar Lebah, I Wayan Murda.
Tari ini pada awalnya diciptakan untuk keperluan upacara Memukur (Upacara untuk menyucikan roh/atma), karena kupu-kupu dipercaya dapat menghantarkan atma/roh lepas dari unsur Panca Maha Bhuta menuju alam Swarga Loka/Siwa.
“Tari Baris Kekupu memiliki berbagai gerakan dasar seperti ngagem, sledet, miles, dan lain-lain. Gerakan khusus dalam tari ini, seperti gerakan nimpah (posisi kaki menyilang dan salah satunya menyentuh lantai),” ujarnya.
Lebih lanjut Wayan Murda mengatakan tari ini diciptakan oleh alm. I Nyoman Kaler lalu dirubah dan dikembangkan oleh alm. Wayan Rindi (pencipta tari pendet) setelah dokumentasinya hilang lama, lalu dipopulerkan kembali oleh maestro dari Banjar Lebah yaitu ibuNi Ketut Arini dan kembali bangkit hingga sekarang menjadi ikon Banjar lebah Sumerta.
Sementara Walikota Denpasar, IB. Rai Dharmawijaya Mantra sangat mengapresiasi pementasan yang ditampilkan Sekaa Gong Kebyar Wanita Puspasari Banjar Lebah. Semangat yang ditunjukan sekaa gong, penari hingga persiapan yang dilaksanakan seluruh krama banjar serta tim sangat patut diapresiasi.
“Menjaga seni budaya dan tradisi warisan leluhur merupakan keharusan di dalam melestarikan kebudayaan sebagai bentuk benteng moral dan pedoman didalam menjalankan hidup. Karena ditangan merekalah nantinya kelangsungan seni budaya di Kota Denpasar akan terjaga,” ujar Walikota Rai Mantra sembari bercengkrama dengan sekaa gong seusai pagelaran.