
NUSA DUA, BERITADEWATA – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) menggelar kegiatan Sharing Session and University Lecture Tour: “Indonesia Joint Expedition 2024” di Nusa Dua Bali, Selasa (23/7/2024).
Dalam kegiatan ini, Kemenko Marves menggelar sesi berbagi ilmu pengetahuan tentang penelitian laut bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), organisasi Konservasi Indonesia, dan juga dua organisasi peneliti luar negeri seperti IDSSE-CAS (Institute of Deep-sea Science and Engineering, Chinese Academy of Sciences) dan OceanX.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, M.Firman Hidayat mengatakan, sejak Februari hingga Maret lalu, kerja sama riset antara BRIN dengan IDSSE-CAS yang menggunakan Kapal Riset Tan-Suo-Yi-Hao dengan membawa wahana kapal selam berawak (Human Occupied Vehicle/HOV) Fendhouze untuk meneliti Samudera Hindia – sebelah barat Sumatra – dan selatan Jawa, Bali dan Lombok, yang merupakan salah satu palung terdalam di Samudera Hindia dengan kedalaman mencapai sekitar 7.192 meter.
Kemudian, kolaborasi riset lainnya juga dilakukan bersama organisasi penelitian dari Amerika Serikat yaitu OceanX, sejak Mei hingga Agustus mendatang. Penelitian bersama BRIN, Konservasi Indonesia dan juga perwakilan mahasiswa dari beberapa universitas terkemuka di Indonesia ini mencakup eksplorasi keanekaragaman hayati laut, studi perubahan iklim, penemuan aplikasi di bidang kedokteran dan bioteknologi, identifikasi risiko gempa bumi, dan pemahaman lingkungan laut dalam.
Menurut Hidayat, Kemenko Marves memberikan dukungan penuh untuk mengkordinasikan dan memfasilitasi kerja sama yang dapat membuka potensi tersembunyi laut dalam Indonesia. Sebagai negara yang memilki lebih dari 70% wilayahnya adalah lautan, dengan lebih dari 17 ribu kepulauan, serta garis pantai yang kurang lebih mencapai 108ribu kilometer, tentunya kita memiliki banyak potensi. Mulai dari biota laut, akuakultur, perikanan, hingga potensi karbon biru dan energi baru terbarukan.
“Dengan luasan tersebut, sebesar 19% lautan kita telah dipetakan, namun untuk eksplorasi laut dalam belum banyak yang dilakukan. Padahal, semakin dalam lautan, artinya semakin menarik untuk dijelajahi dan dipahami. Kebutuhan teknologi dan investasi untuk mendukung eksplorasi tersebut tidak dapat dipungkiri memerlukan dukungan dari banyak pihak. Termasuk kerja sama yang kita lakukan dengan mitra kerja sama luar negeri seperti IDSSE-CAS dan OceanX,” ujarnya.
Peneliti IDSSE-CAS, W.J.Zhang, mengatakan, penelitian di Indonesia yang dilakukan bersama BRIN untuk mengeksplorasi wilayah terdalam di palung Jawa, dan mempelajari proses geologi, lingkungan dan ekosistem hadal, hingga batas garis di bumi di lautan yang memilki kedalaman lebih dari 6000 meter tersebut. Zhang menyebut banyak ekosistem unik yang ditemukan selama penelitian.

Dalam kurun waktu satu bulan itu, IDSSE-CAS, di antaranya berhasil melakukan sebanyak 22 kali penyelaman menggunakan HOV (Human Occupied Vehicle) Fendhouze dengan 14 kali di antaranya mencapai kedalaman lebih dari 6000 meter. Selain itu, penelitian juga mencatat 11 kali pengukuran batimetri, pengambilan beberapa sampling dan titik gravitiasi di palung Jawa.
“Beberapa temuan penelitian yang menarik di antaranya kelimpahan dan keanekaragaman fauna bentik (komunitas yang menyusun ekosistem terumbu karang dan hidup di dasar perairan) yang tinggi; fauna hadal berbatu yang baru; ekosistem dinding makanan,” ujarnya.
Co-CEO and Chief Science Officer OceanX Vincent Pieribone mengatakan, lautan sangat penting untuk kehidupan manusia, yang juga menjadi misi utama OceanX untuk eksplorasi laut dan membawa lagi untuk dunia melalui ilmu pengetahuan dan pendidikan. Lautan memilki peran besar sebagai solusi untuk berbagai macam masalah yang dihadapi manusia.
Mulai dari mitigasi perubahan iklim, inovasi dan biomedis, keberlanjutan pangan, dan energi yang tak terbatas. Mungkin tidak ada tempat lain yang memilki lautan dengan peran sangat penting seperti di Indonesia. Esensi lautan berpengaruh besar untuk ekonomi dan pangan masyarakatnya.
“Dengan kolaborasi ini kami mendorong penelitian untuk menginspirasi masyarakat luas untuk terus melindungi laut. Semua penelitian yang kami lakukan akan didokumentasikan untuk kepentingan yang lebih besar lagi. Mulai dari penelitian megathrust, manajemen kelautan, hingga keanekaragaman hayati laut dalam yang mempunyai dampak pada target ekonomi biru pemerintah dan upaya konservasi,” ujarnya.
Senior Vice President dan Executive Chair Konservasi Indonesia (KI), Meizani Irmadhiany mengatakan, kolaborasi antara Kemenko Marves, BRIN, dengan OceanX dan juga KI salah satunya bertujuan untuk mendukung terbentuknya kawasan perlindungan laut yang berkelanjutan dan mendorong pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab.
Beberapa fokus utama penelitian KI dalam joint mission ini adalah mendukung pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, pengelolaan kawasan konservasi laut untuk produksi perikanan, dan juga memastikan kawasan konservasi laut bagi konservasi spesies terancam punah, terancam, dan dilindungi, serta spesies migrasi.
Dalam penelitian bawah laut bersama OceanX, KI melakukan survey udara untuk mengidentifikasi distribusi megafauna dan Alat Pengumpul Ikan (Fish Aggregating Device atau FAD), pengamatan kelimpahan dan keragaman ikan predator di perairan dangkal dan dalam dengan BRUV, Sensus Visual Bawah Air (UVC) untuk memetakan habitat, pengumpulan sampel larva ikan dan plankton dengan jaring bongo, serta analisis eDNA dari sampel air dan sedimen untuk menggambarkan keanekaragaman hayati laut di WPP 572.
Selain langsung di kapal Ocean-X, pada periode yang sama, KI juga melakukan survey darat di tempat pendaratan ikan, pelabuhan perikanan, dan desa nelayan untuk mengumpulkan sampel ikan TTC (tuna, tongkol, cakalang) dan ETP (endangered, threathened, and protected) spesies.
‘Kami juga mewawancarai nelayan dan pelaku perikanan untuk mengetahui kondisi dan status daerah penangkapan ikan. Survey darat ini kami lakukan di enam propinsi yang berbatasan dengan perairan barat Sumatra yaitu WPP-572. Kami harapkan survey darat ini akan dapat digunakan untuk memperkuat bukti ilmiah yang diperoleh dari survey langsung di laut oleh Ocean-X dan BRIN,” ujarnya.
Untuk proses pengumpulan data yang kami lakukan pada survey laut di antaranya, Survei megafauna sepanjang 7.300 nm jalur transek, Pengumpulan 287 sampel air eDNA, 102 jam rekaman video BRUV di perairan dangkal dan dalam, Survei habitat bawah air sepanjang 25,5 km, dan 30 kali pengumpulan sampel air (super micro organisme) dengan jaring bongo.
“Semua data survei ini, tanpa terkecuali, telah kami serahkan dan disimpan di BRIN. Nantinya, kami akan mengajukan proposal atau rencana ke BRIN unuk melakukan analisis data sampel ini untuk dijadikan laporan ilmiah dan laporan sebagai usulan kebijakan kepada pemerintah,” ujarnya.