Banjir Pesanan Jamur Tiram, Petani Buleleng Kewalahan Alat Pembudidaya

Ketua kelompok Usaha Berlian Jamur Eni Meliyani

BULELENG – Di Kabupaten Buleleng Jamur Tiram sangat diminati oleh semua kalangan masyarakat, bahkan Jamur ini telah dibudidayakan oleh beberapa kelompok Usaha di Buleleng, seperti salah satunya kelompok Usaha Berlian Jamur yang berlokasi di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada dan Kelurahan Kaliuntu Singaraja.

Ketua kelompok Usaha Berlian Jamur Eni Meliyani (40) warga perumahan Jalak Putih Buleleng saat di temui di gudang pembudidayaan Jamur Tiram di desa Sambangan oleh tim Berita Dewata, Senin (21/11) mengatakan, usaha pembudidayaan Jamur Tiram sudah digeluti mulai dari tahun 2009 hingga sekarang, bahkan ibu satu anak ini mengaku merasa kewalahan akan tingginya permintaan Jamur Tiram dari masyarakat Buleleng.

“Selama ini kita terbentur dimodal dan disamping alat manual saat pembuatan bibit (Beglog), kepinginya sih supaya punya alat pengayakan jadi proses pembuatan itu bisa lebih cepat, apalagi untuk pemasaran Jamur Tiram ini masih ada pasaranya. Kita juga suplay ke Pasar-pasar yang ada di kota Singaraja, kita sangat kewalahan sampai pernah kita ambil jamur dari Jawa karena permintaan masyarakat sangat tinggi.” terang Meliyani.

Menurut Eni Meliyani pembudidayaan Jamur Tiram ini sangat lah penting, mengingat belakangan ini kalangan atas sangat membutuhkan Jamur tiram yang merupakan bahan makanan bernutrisi dengan kandungan protein tinggi, kaya vitamin dan mineral, rendah karbohidrat, lemak dan kalori. Jamur ini memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin, fosfor, besi, kalsium, karbohidrat, dan protein. Untuk kandungan proteinnya, lumayan cukup tinggi, yaitu sekitar 10,5-30,4%.

Perempuan satu anak ini sangat berharap pemerintah daerah bisa membantu usahanya ini agar berkembang dan mampu menembus pasar- pasar di Bali, dengan pesatnya minat masyarakat terhadap Jamur Tiram maka pembudidayaan ini bisa menjadi olahan mateng seperti Kripik jamur, Crispy, Pisang Goreng jamur, Abon jamur, Nuget Jamur, Dodol Jamur dan lain-lain yang berbahan dari jamur tiram.

“Dengan tenaga terbatas dan alat manual yang kami miliki, hanya mampu membuat bibit (Beglog) jamur seminggu 1500 kantong, hal ini jelas menjadi kendala produksi pembudidayaan Jamur Tiram. Kami mengaharapkan ada uluran tangan pemerintah daerah untuk mengembangkan usaha ini,” harapnya.

Budi daya Jamur Tiram

Diketahui, Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis tumbuhan yang memiliki tangkai tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5–20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat.

Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya. Media yang umum dipakai untuk mengembang biakkan jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari penggergajian kayu.

Pada budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu udara berkisar antara 22 – 28 OC dengan kelembapan 60 – 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 – 22 OC.

Tingkat keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat. bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mengganggu pertumbuhan jamur tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 – 7 dengan menggunakan kapur (Calsium carbonat). Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700–800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here