Denpasar – Aksi heroik di Bandara Ngurah Rai Bali patut diacungi jempol. Menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke-72, Bandara Internasional Ngurah memasanng 3500 atribut merah putih hampir di seluruh sudut bandara. Bandara yang menampung 350 pergerakan pesawat sehari-hari ini melakukan perayaan HUT Kemerdekaan dengan sangat heroik.
Humas PT Angkasa Pura Ngurah Rai Arie Ashanurohim menjelaskan, pemasangan 3500 atribut merah putih tersebut dilakukan selama sebulan penuh. Bahkan, atribut merah putih bukan hanya dipasang di area kedatangan dan keberangkatan domesti, tetapi juga di area kedatangan dan keberangkatan internasional.
“Kami juga memasang di area kedatangan dan keberangkatan internasional. Biar bule-bule itu tahu, kalau bulan Agustus itu adalah perayaan Kemerdekaan Indonesia. Dan tepatnya tanggal 17 Agustus 2017. Ini fasilitas Indonesia, fasilitas publik. Kita harus benar-benar Indonesia, benar-benar Pancasila, NKRI harga mati,” ujarnya.
Menurut Arie, atribut merah putih tersebut dipasang mulai dari depan pintu masuk bandara, seluruh sudut ruangan di bagian dalam dan luar dan terutama di ruangan tunggu keberangkatan penumpang. “Kami ingin membawa suasana kemerdekaan yang identik dengan nuansa merah putih. Manajemen ingin para penumpang merasakan nuasan HUT Kemerdekaan ke-72, sehingga penumpangan tidak kehilangan moment ini semua,” ujarnya.
Menariknya lagi, nuansa merah putih itu mengusung tema “Culture of Indonesia” dengan ornament dan dekorasi seperti umbul-umbul, bendera merah putih, dan diorama unit bertema adat Bali dan ada Papua yang menghiasi areal teminal domestik dan internasional. Dalam tema tersebut, Angkasa Pura Ngurah Rai ingin memperkenalkan budaya Indonesia berupa rumah dan bangunan khas bersanding kokoh dengan merah putih untuk dijadikan spot menarik bagi penumpang untuk foto.
Pantauan di Bandara Ngurah Rai menunjukan, banyak penumpang berfoto di area diorama budaya Papua dan Bali. Selain itu, manajemen juga memberikan perlombaan yang identik dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-72 seperti lomba makan krupuk dan memasukan pensil dalam botol.
Banyak penumpang yang mencoba dan mendapatkan hadiah berupa baju kaus dan hadiah hiburan lainnya. Banyak wisatawan asing juga mengikuti perlombaan tersebut secara sukarela. Manajemen juga menyajikan kolaborasi tarian adat Papua dan Bali, serta penyajian musik akustik.