DENPASAR, BeritaDewata – Gubernur Bali yang diwakili Asisten Administrasi Umum I Wayan Suarjana menyambut baik pemilihan Bali sebagai tuan rumah pelaksanaan Konferensi Komunikasi Internasional yang diselanggarakan oleh panitia International Comunication Association (ICA) Indonesia, sekaligus berharap pertemuan tersebut dapat memberikan sumbangsih bagi kesiapan masyarakat dunia dalam menyikapi ketidakpastian dan kompleksitas kehidupan di era disrupsi seperti saat ini.
“Kegiatan konferensi ini juga sejalan dengan upaya masyarakat dan pemerintah Indonesia dalam mengantisipasi kemajuan teknologi digital dan pengaruhnya untuk menuju masyarakat dengan sumber daya manusia yang unggul. karena kita sama-sama menyadari bahwa bangsa yang unggul adalah bangsa yang mampu menyesuaikan diri dan mengambil manfaat yang besar dari kemajuan tersebut,” kata Gubernur seperti disampaikan Asisiten Administrasi Umum I Wayan Suarjana di Denpasar, Rabu (21/8).
Suarjana menyampakan hal itu saat menerima delegasi ICA Indonesia yang dipimpin oleh Dr. Dorien Kartikawangi dan Ketua Umum Aspikom (Asosiasi Pedidikan Tinggi Ilmu Komunikasi) Dr. Muhammad Sulhan di kantor Gubernuran Bali.
Pada kesempatan itu Suarjana juga menyampaikan peserta konferensi komunikasi internasional mendorong peran kearifan lokal dalam aktivitas komunikasi mengingat setiap masyarakat didunia memiliki kemampuan sendiri dalam menyikapi suatu perubahan, sehingga ketidakpastian dan kompklesitas permasalahan bisa terselesaikan dengan bijaksana dan mampu membangun saling pengertian yang memang menjadi esensi dasar berkomunikasi, baik dalam masyarakat lokal maupun global.
Sementara itu, Dorien Kartikawangi mengatakan, pemilihan Bali bukanlah sekadar sebagai kota internasional semata, tetapi Bali, dan juga Indonesia mampu memberikan sumbangsih yang nyata bagi kemajuan suatu masyarakat Internasional, melalui hasil riset di bidang komunikasi yang betul-betul bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat luas.
“Keinginan bangsa Indonesia untuk menjadi masyarakat yang unggul, perlu memanfaatkan kemajuan AL (artificial intelligent) dan kebutuhan teknologi digital yang kian meluas di masyarakat sebagai alat yang membantu manusia, bukan sebaliknya.
Dalam ledakan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat, katanya, masyarakat dunia saat ini betul-betul dihadapkan dalam suatu ketidakpastian yang tiba-tiba datang menerjang kehidupan masyarakat. Masyarakat modern saat ini sudah masuk dalam zona nyaman yang membuatnya menjadi ‘terkejut’ ketika kemajuan teknologi tersebut mendisrupsi kenyamanan hidup masyarakat yang kemudian menjadi “shock culture.”
“Yang perlu disadari, setiap kemajuan teknologi tentunya menghasilkan budaya baru yang mengikutinya, namun kali ini kecepatan kemajuan tersebut belum dapat diimbangi secara merata oleh masyarakat dunia. Ada kelompok masyarakat yang siap dan ada yang tidak siap, sehingga kondisi ini menciptakan kekagetan budaya tadi.
Konferensi yang akan diadakan di Bali Nusa Dua Conventioan Center (BNDCC) itu akan berlangsung selama empat hari dari tanggal 15 – 18 Oktober 2019 dengan mengusung tema “Searching for The Next Level of Human Communication Human Social and Neuro (Sociaty 5.0).
Kegiatan tahunan ICA itu sedikitnya akan dihadiri 250 akademisi dan pakar berbagai perguruan tinggi ternama seperti dari Amerika Serikat, Eropa, Asia dan Australia. Mereka akan menyajikan berbagai kajian ilmiah dalam bentuk diskusi yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai rujukan dalam mengantisipasi kompleksitas dari kemunculan Masyarakat 5.0 (Society 5.0).
Adapun tema-tema yang akan dibahas antara lain, Communication industry 5.0 and Beyond, Social Cultural 5.0 and the Implication, serta The Digitization of Content Competencies and Ethics, Governance 5.0, Politics and Good Public Governance, dan Entrepreneurship 5.0.