Denpasar – Kapolda Bali Irjen Pol Petrus Reinhard Golose mendeklarasikan perang terhadap premanisme dan Narkoba di Bali. Deklarasi itu diikuti oleh ribuan massa dari berbagai elemen, paguyuban, kelompok etnis Nusantara, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, unsur Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Ketua DPRD Bali, Ketua FKUB Bali, Ketua MUDP Bali, para bupati dan walikota atau yang mewakili.
Deklarasi anti preman dan Narkoba tersebut digelar di Lapangan Puputan Renon Denpasar, Sabtu sore (1/9). Dalam arahannya, Kapolda Bali mengatakan, premanisme dengan label apa pun tidak boleh ada di Bali, entah itu berasal dari Laskar Bali, Baladika, dan Pemuda Bali Bersatu (PBB).
“Kita tidak akan mentolerir aksi premanisme di Bali. Bali yang begini kecil akan rusak dengan aksi premanisme. Mereka itu hanya sekelompok kecil yang hanya memeras, melakukan pungutan liar terhadap rakyat kecil yang tak berdaya. Mereka itu kelompok yang cengeng, dan menangis di penjara,” ujarnya.
Selama bertugas di Bali, Kapolda Bali Golose sudah memerangi aksi premanis, mulai dari menurunkan seluruh baliho para Ormas, menangkap tindakan premanisme, dan sejenisnya. Tercatat ada 205 kasus premanisme, sebanyak 803 kasus pungli dan pemerasan terhadap orang kecil, yang dilakukan oleh prerman yang mengatasnamakan Ormas tertentu di Bali.
“Mereka ini adalah kelompok pengecut. Yang hanya bisa berani dengan orang kecil. Sampaikan salam Kapolda kepada para pengecut. Saya tidak mau masyarakat Bali diganggu preman. Mereka itu pengecut. Untuk itu premanisme tidak boleh ada di Bali. Termasuk preman yang berkedok Ormas. Sampaikan salam saya kepada mereka. Sampaikan salam saya, dan saya tunggu mereka di Mapolda Bali, atau saya yang jemput mereka dimana saja mereka berada,” ujarnya.
Menurut Kapolda, banyak orang yang meragukan, jika Golose pindah dari Bali maka aksi prmanismen akan tumbuh subur di Bali. “Banyak orang mengatakan, bagaimana kalau Kapolda Bali pindah. Saya katakan bahwa mulai hari ini, perlawanan masyarakat terhadap premanisme akan digelorakan. Desa adat saya minta untuk menghukum mereka secara adat. Asingkan mereka. Mereka itu hanya kelompok kecil yang cengeng. Ditangkap karena sakau di penjara. Menangis di penjara,” ujarnya.

Kapolda mengatakan, sebelum menjadi Kapolda, dirinya melakukan survei kecil, soal apa yang paling tidak disukai masyarakat Bali. Hasil survei itu diketahui jika masyarakat Bali tidak suka dengan Narkoba, tidak suka dengan premanisme. Itulah sebabnya, pihaknya selaku aparat penegak hukum yang dibayar oleh negara akan mengambil tindakan tegas dan terukur untuk memberantas premanisme.
Selama ini orang Bali yang penuh etika, yang sangat berbudaya, memilih untuk diam, tidak mau bersuara. Padahal sesungguhnya, mereka tidak suka dengan berbagai aksi premanisme. “Kalau preman berani, saya tunggu di Mapolda. Sampaikan salam saya kepada mereka. Demi mewujudkan Bali yang tercinta, maka saya minta lawan mereka,” ujarnya. Ia mengaku, sejak komitmen masyarakat untuk melawan premanisme semakin kuat.
Hal yang sama terjadi dengan perang terhadap Naroba. Menurutnya, Bali juga sangat rentan terhadap Narkoba. sore hari ini deklarasi terhadap premanisme dan narkoba. Memang dalam tiga tahun terakhir kasus Narkoba yang melibatkan orang Bali terus menurun. Tahun 2016, dari semua kasus Narkoba, ada 652 orang yang melibatkan orang Bali. Tahun 2017, dari sekian kasus yang terjadi, ada 588 orang pelakunya orang Bali. Sementara untuk periode Januari-Agustus tahun 2018, ada 503 orang yang betasal dari Bali.
“Dari fakta-fakta itu, pelakunya orang Bali 70 persen. Sisanya orang luar Bali dan orang asing. Masih banyak orang Bali menjadi kurir narkoba. Polda Bali akan tindak tegas. Anggota yang terbukti akan dipecat. “Saya mencintai anak buah saya, tetapi saya lebih mencintai Bali untuk hidup tanpa narkoba. Jadi kalau ada anggota Polri yang terlibat akan saya pecat,” ujarnya.