Alasan Cuaca Nelayan Tradisional di Pantai Kedongan tidak Melaut

Puluhan jukung nganggur di Pantai Kedonganan

Badung – Kondisi cuaca yang dinilai kurang bersahabat menjadikan ratusan nelayan tradisional yang menggunakan kapal kecil di Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung Bali menganggur. Mereka tidak bisa beraktifitas karena tidak bisa melaut. Salah satu pengelola nelayan kapal kecil bernama Ketut Swala saat ditemui di Kedongan, Rabu (19/7/2-17) mengatakan, puluhan bahkan ratusan nelayan kapal kecil sudah beberapa ini tidak bisa melaut.

Ketut Swala selaku pemilik 10 perahu tradisional yang dalam bahasa setempat disebut jukung menjelaskan, kondisi nelayan lagi sepi dan banyak yang mengaggur karena cuaca belum menguntungkan seperti hujan, mendung, angin, dan ombak besar menjadi penyebabnya. “Ketinggian ombak di laut sudah mencapai 2 meter lebih. Jadi banyak nelayan kami tidak bisa melaut,” ungkapnya.

Ia menambahkan, beberapa hari terakhir ini ada dari nelayan yang memaksakan diri untuk melaut tetapi pulang ke darat tidak membawa hasil apa pun. Padahal operasional yang dikeluarkan cukup besar. “Untuk satu jukung, kita harus mengeluarkan biaya sekitar 400-500 ribu sekali berangkat. Jumlah ini untuk modal bensin, alat pancing dan umpan tetapi hasil tangkapan nol,” katanya.

Selain faktor alam, adanya aktifitas kapal besar di perairan Kedonganan dinilai berpengaruh besar pada pendapatan nelayan kapal kecil. “Dengan fasilitas yang dimiliki kapal besar seperti alat tangkap ikan canggih, mereka bisa menghasilkan ikan berton-ton, sampai sepuluh ton untuk satu kapal. Sedangkan kita para nelayan kecil ini, berapa sih hasilnya,” keluhnya.

Selain itu menurutnya, nelayan kecil di Kedonganan ditambah beban dengan biaya bensin yang mahal, harus menggunakan Pertamax. Bensin diakunya susah didapat. “Katanya nelayan kecil akan mendapatkan subsidi, tapi mana?. Selama ini kita tidak pernah tuh dapat yang namanya bensin subsidi. Itu semua omong kosong. Sempat ada selebaran kupon Rp 6500 jadi Rp6000. Pas mau beli bensinya tidak ada, sudah habis diborong oleh nelayan kapal besar,” tambahnya.

Hal yang sama diungkapkan oleh Hariyanto, nelayan kapal kecil asal Jawa. Kelompoknya sudah 2 minggu tidak melaut dengan berbagai faktor terutama cuaca buruk. Hal tersebut menurutnya sudah berlangsung cukup lama. “Selain cuaca buruk, ikan juga susah didapat, dengan opersional yang cukup besar. Kalau memaksa melaut paling cuma dapat 20-50 kilo saja,” ungkapnya.

Menurutnya, kondisi nelayan kapal kecil di Kedonganan sudah dalam kondisi “menangis” dan memaksakan diri melaut di wilayah yang terjangkau, susah dapat ikan, karena sudah ditempati oleh nelayan kapal besar. “Mas lihat sendiri, kapal besar kondisi seperti ini mereka ada di tengah laut. Sedangkan kita, para nelayan kapal kecil menganggur,” keluhnya.

Kapal besar, menurutnya bisa mengangkut berton-ton ikan, dijual di Kedonganan dengan harga yang cukup murah. Harga jual nelayan besar cuma Rp10 ribu perkilo. Sedangkan hasil tangkapan nelayan kecil dengan hanya menggunakan alat pancing paling banyak dapat 20-50 kilo. “Kalau harus bersaing dengan harga R10 ribu, ya, nelayan kapal kecil tidak ada hasil,” imbuhnya.

Tapi meskipun begitu, menurut Ketut Swala, selama ini kumpulan Nelayan di Kedonganan selalu kompak, dan berusaha untuk bisa berdamai dengan sesama keluarga nelayan, baik nelayan kapal besar maupun nelayan kapal kecil. “Ya mau dibilang apa mereka keluarga dan saudara kami juga. Mereka para nelayan kapal besar pastinya sudah mendapat izin resmi untuk berlayar,” imbuhnya.

Ia mengaku di kelompok nelayanya ada sekitar 30 orang, dan diketahui untuk selauruh nelayan kapal kecil di Pantai Kedonganan mencapai ratusan nelayan. Bentuk kerjasama yang dibangun antara pemilik jukung dengan nelayan bersifat kerjasama saling menguntungkan, bila hasil nelayan banyak, banyak juga hasilnya.

“Kalau hasil tangkapan nelayan berhasil kita jual dengan harga Rp 20 ribu perkilo, Rp15 ribu untuk nelayan. Dari jumlah itu, Rp 5 ribu kepemilik jukung, tetapi sebelumnya dipotong modal opersional, karena kita harus kasih modal di depan untuk operasional, kalau tidak ada modal, nelayan tidak bisa melaut,” terangnya.

Sebarkan Berita ini

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here