Denpasar – Bandara Ngurah Rau akhirnya ditutup total akibat terdeteksi abu vulkanik menutupi ruang udara bandara terbesar di Bali itu. Seluruh stakeholder mulai dari PT Angkasa Pura Ngurah Rai, Otoritas Bandara, Air Navigasi tidak mau ambil risiko untuk membuka operasional bandara. Humas PT Angkasa Pura Ngura Rai Arie Ashanurrohim menjelaskan, penutupan itu membuat 446 jadwal penerbangan batal dan 74.928 penumpang baik yang datang dan pergi dari Bali juga batal.
“Hasil pengamatan satelit Himawari mengatakan abu vulkanik sudah menutupi ruang udara bandara di Ngurah Rai. Pergerakan pesawat di atas ruang udara Bandara Ngurah Rai tidak direkomendasikan. Setelah dikoordinasikan, maka diputuskan agar Bandara Nguraj Rai ditutup sampai dengan sore nanti, sambil terus memantau perkembangan selanjutnya. Bila memungkinkan, maka bisa dibuka lebih cepat,” ujarnya di Denpasar, Jumat (29/6).
Dari 446 jadwal penerbangan yang ditunda terdiri dari kedatangan domestik 118 penerbangan, keberangkatan domestik 121 penerbangan. Sementara di kedatangan internasional ada 103 penerbangan dan keberangkatan internasional ada 104 penerbangan. Dari jumlah jadwal penerbangan yang ada, maka total pergerakan penumpang baik yang akan datang ke Bali maupun yang akan pergi dari Bali berjumlah 74.928 orang.
Hingga saat ini terpantau tidak ada penumpukan penumpang di bandara karena masing-masing maskapai memiliki kebijakan sendiri. Pengumuman sudah dilakukan sejak Jumat (29/6) dinihari, sehingga maskapai mengabarkan kepada penumpang untuk tidak ke bandara terlebih dahulu. Sementara penumpang yang sudah terlanjur ke bandara sudah ditangani masing-masing maskapai.
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengeluarkan NOTAMN A2551/18 tanggal 29 Juni 2018 yang ditujukan kepada seluruh Maskapai dan Bandar Udara di dunia terkait dengan penutupan kegiatan operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali dikarenakan dampak debu vulkanik (volcanic ash) erupsi efusif Gunung Agung. Penghentian operasional Bandar Udara akan dilakukan selama 16 jam terhitung pada hari Jum’at, 29 Juni 2018 pukul 03.00 WITA sampai dengan pukul 19.00 WITA.
Keputusan untuk melakukan penutupan kegiatan operasional Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai dikeluarkan setelah dilaksanakannya rapat koordinasi dengan Otoritas Bandara Wilayah IV, Airnav Indonesia, BMKG, Maskapai Penerbangan dan Ground Handling, Jum’at (29/6) dini hari pukul 00.05 WITA. Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan kondisi di sisi udara atau airside untuk mengamati dampak sebaran abu vulkanik (VA) di area Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai.
Sejak Kamis (28/6) pagi, aktifitas Gunung Agung terpantau mencapai Level III (Siaga), dengan erupsi yang berlangsung secara terus menerus. Biro Meteorologi Volcanic Ash Advisory Centre Darwin (VAAC Darwin) memprediksi akan adanya sebaran abu vulkanik ke udara dengan ketinggian 23.000 feet dengan kecepatan 10 Knots. Pantauan dari pilot pada ketinggian 15.000 – 23.000 feet masih ditemui adanya abu vulkanik (VA) di ruang udara dengan arah angin yang cenderung mengarah ke arah barat dan barat daya.
Sementara pengamatan melalui citra satelit cuaca Himawari mencatat bahwa sejak 19.00 – 00.00 WITA, abu vulkanik (VA) sudah tersebar dengan cepat, dengan area cakupan hampir menutupi ruang udara Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai. Pada pukul 01.00 WITA. Satelit mendeteksi adanya pergerakan abu vulkanik (VA) ke arah barat – barat daya sehingga menutupi aerodrome bandar udara. Sementara itu, BMKG memprediksi bahwa sebaran abu vulkanik akan mulai mencapai area Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai pada pagi hari tanggal 29 Juni 2018.
Menyikapi keputusan penutupan kegiatan operasional Bandar udara ini, manajemen PT. Angkasa Pura I melalui General Manajer Yanus Suprayogi menyatakan bahwa langkah-langkah persiapan sudah diambil, khususnya yang berkaitan dengan layanan kepada pengguna jasa bandar udara; dengan menyiagakan transportasi darat berupa armada bus dengan tujuan Terminal Mengwi dan Pelabuhan Padang Bai kepada para calon penumpang. Pihak manajemen Angkasa Pura juga sudah melakukan koordinasi dengan pihak maskapai untuk menyediakan pusat informasi pelayanan refund dan reschedule tiket untuk penumpang yang sudah melakukan pemesanan tiket.
“Bahwa kami tetap akan melaksanakan seluruh standard operating procedure mengenai penanganan penumpang termasuk juga menerjunkan pengamanan dan pelayanan pada titik-titik konsentrasi penumpang serta berkoordinasi dengan seluruh stakeholders untuk perkembangan selanjutnya. Kami menghimbau kepada penumpang dan calon penumpang untuk segera melakukan proses refund atau reschedule tiket pesawatnya kepada masing-masing airline, baik melalui hotline customer service atau melalui kantor airline yang ada di Bandar Udara,” ujar Yanus.